March 31, 2014

Pelajaran di Balik Rencana



Kalau semua rencana berjalan lancar, rasanya senang. Tapi kalau hampir sebagian rencana kita gak terlaksana sesuai yang kita harapkan, uh..rasanya bercampur aduk antara sedih, kecewa dan galau.


Hidup dengan rencana itu menyenangkan. Karena kita bisa menyetir aktivitas dan mengaturnya agar berjalan dengan baik dan teratur; membuat kita gak galau karena bingung apa atau yang mana dulu yang mau dikerjakan; atau membuat kita gak  menyia-nyiakan waktu yang ada. Rugi banget kalau harus kehilangan waktu dengan cuma-cuma! Karena waktu tak bisa ditarik mundur.

Sebenarnya kalau kita mau bijaksana terhadap rencana kita, berhasil 100% atau pun tidak, tak menjadi masalah. Asalkan kita pintar-pintar mengevaluasi, berani mengakui kesalahan. Istilah kerennya dalam bahasa Arab adalah muhasabah. Kalau rencana kita berhasil 100% atau sebagian besar terlaksana sesuai yang kita rencanakan, cara menyikapinya bersyukur karena Allah mempermudah kita melakukan aktivitas yang kita rencanakan dan berusaha mempertahankan komitmen untuk taat pada rencana yang telah kita buat. Kalau ternyata rencana kita sebagian besar tidak terlaksana, sebenarnya kita mengevaluasi dulu ketidakterlaksanaannya, apakah karena kita tidak menjalankan komitmen kita atau kita sudah berusaha, namun pada saat yang sama ada kejadian yang membuat kita harus men-cancel rencana kita dan mengutamakan kepentingan lain yang mungkin lebih urgen untuk dipenuhi segera. Kalau karena berbenturan dengan kepentingan lain yang lebih urgen dan tiba-tiba, seperti ada teman atau saudara yang membutuhkan bantuan kita segera atau amanah bersama dalam tim yag harus segera dilaksanakan, bukan salah kita dan tidak perlu disesali. Ya memang kadang hidup itu tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Yang harus kita ingat bahwa manusia itu hanya merencanakan dan berusaha, soal hasil adalah kuasa Allah subhanallahu ta’ala. Sehingga, pintar-pintar kita menyikapi rencana yang telah kita susun.




~Wenny Pangestuti~

March 21, 2014

Secret Admirer



Di sawah. Budhe terlihat serius bercocok tanam. Caping menghiasi atas kepalanya, melindungi wajahnya dari terpaan sinar matahari.

Tak jauh darinya, seorang perempuan muda nampak asyik memainkan kamera digitalnya. Memotret kesana-kemari. Perempuan itu, Anjani namanya, mengambil posisi di atas jalanan, yang menjadi pembatas antara petak sawah satu dengan lainnya. Sesekali ia menoleh ke bawah untuk menghindari tanah yang becek. Pemandangan sawah dengan latar belakang pegunungan mencuri perhatiannya betul.

Tiba-tiba, “Suka motret ya?” Seorang lelaki yang nampak sebaya dengannya, telah berdiri di belakang. Bustam, sepupunya. Turut serta menemani budhe ke sawah. Menyusul ke tempat Anjani berpijak sekarang.

Anjani menoleh sekilas, lalu kembali memainkan kameranya. “Efek,” jawabnya singkat.

“Efek?”

“Iya. Efek yang berantai.”

“Efek yang berantai?”

Menyadari kebingungan Bustam akan jawabannya, Anjani berhenti dari aktivitasnya, lalu menoleh. Tersenyum sekilas. “Pertama, aku suka membaca. Dari membaca, suka menulis. Setelah menulis, ternyata tulisan akan lebih menarik jika didukung dengan ilustrasi gambar yang pas. Dari sanalah akhirnya aku suka memotret.”

Bustam mengangguk-anggukan kepala. Lalu, kembali bertanya, “Kamu suka nulis? Udah nulis dimana aja?”

“Di blog. Sesekali ikut lomba.” Anjani kembali memainkan kameranya.

“Menang?”

“Satu kali.”

“Ya bagus donk. Setidaknya kan pernah menang.”

Tiba-tiba suara tepukan tangan terdengar dari kejauhan. Terlihat budhe melambaikan tangan, pertanda mengajak mereka kembali.


***


Di rumah. Anjani tengah bersantai di depan TV bersama anggota keluarga budhe yang lain. Tiba-tiba datanglah Bustam bergabung, sambil memainkan HP layar sentuhnya. “Ni, Ni, lihat!” Bustam  menyodorkan HP-nya ke arah Anjani.

Anjani melongok sekilas, lalu berkata, “ Hmh, nggak sopan!”

“Nggak sopan?”

“Iya, nggak sopan. Baca blog orang di depan pemiliknya. Ya setidaknya pura-pura jadi secret admirer-ku gitu.”

Sesaat, mereka terdiam. Lalu, keduanya tertawa bersamaan. Budhe dan anggota keluarga lainnya saling berpandangan, heran melihat keduanya.



~Wenny Pangestuti~

March 16, 2014

Mengawal Kampanye untuk Indonesia Lebih Baik Tanpa Demokrasi

 

15 Maret 2014 menjadi pengalaman baru bagi saya. Pertama kalinya saya mengikuti yang namanya kampanye. Sebelumnya, saya tidak begitu tertarik dengan hal yang berhubungan politik. Sebab, melihat realitas yang ada, politik identik dengan tipu muslihat untuk memperebutkan sebuah kekuasaan dalam negeri. Namun, ketika saya memahami Islam lebih dalam, saya pun menjadi paham bahwa politik dalam Islam sangat penting, bahkan merupakan aktivitas yang mulia. Sebab pada hakikatnya, politik (siyasah-dalam bahasa Arab) dalam pandangan Islam adalah ri'ayah asy-syu'un al-ummah (pemeliharaan urusan ummat). Oleh karenanya, kali ini saya tidak ragu mengikuti kampanye bersama puluhan mahasiswa lainnya dari berbagai kampus di Jember. Tapi, eeiits... kampanye yang satu ini bukanlah sembarang kampanye lho. Ini kampanye yang beda daripada yang lain pada lazimnya. Mau tahu kampanye seperti apa yang dimaksud? Simak selanjutnya di sini:



~Wenny Pangestuti~

March 03, 2014

Pernikahan Bahagia, Tak Harus ala Cinderella


Judul di atas adalah judul sebuah resensi buku Bukan Pernikahan Cinderella yang saya tulis. Resensi buku ini saya ikut-sertakan pada Lomba Menulis Menulis Resensi Buku yang diselenggarakan oleh Inspirasi.co. Rentang waktu lomba ini antara 28 Januari sampai 30 Maret 2014. Untuk lebih tahu isi dari resensi buku ini, pembaca bisa membaca langsung di Inspirasi.co melalui link di bawah ini. Selamat membaca! :)

Diskusi : Pernikahan Bahagia, Tak Harus ala Cinderella - Inspirasi.co


~Wenny Pangestuti~

March 02, 2014

Menonton Lima Elang



Lima Elang, sebuah film yang sebenarnya sudah dirilis sekitar tiga tahun silam. Namun, saya mengetahuinya baru-baru ini melalui internet, di sela-sela aktivitas mengerjakan skripsi di perpustakaan. Setelah menontonnya, ternyata film yang menarik. Film yang secara garis besar bersinggungan dengan dunia pramuka. Apalagi pemainnya anak-anak, saya suka.

Secara pribadi, sebenarnya saya menyukai film ini karena tertarik pada karakter dari masing-masing pemain yang unik dan seringkali menggemaskan bahkan membuat diri ini tertawa atau tersenyum-senyum, khususnya pada tokoh Rusdi dan Aldi.

Rusdi adalah seorang anak yang sangat menyukai pramuka. Ia selalu bangga mengenalkan dirinya kepada setiap orang sebagai penggalang. Kalau melihat penampilan Rusdi saat berseragam pramuka, akan terlihat perbedaannya dengan yang lain. Banyak bad -yang saya tidak mengerti maknanya- terpasang di pakaiannya.

Ketika mendengar bahwa akan diselenggarakan Perkemahan Bintang Utama tingkat Kalimantan Timur, Rusdi sangat antusias mengikutinya. Tetapi, tidak demikian dengan siswa-siswi lainnya. Sehingga kemungkinan kecil bagi sekolahnya mengeluarkan perwakilan untuk ikut serta perkemahan tersebut dengan jumlah yang kurang dari sepuluh. Tapi, Rusdi tidak menyerah dan tetap optimis untuk dapat mengikuti perkemahan tersebut. Ia gencar mempromosikan acara perkemahan tersebut kepada teman-temannya, tak terkecuali kepada Baron, siswa baru dari Jakarta yang cenderung menyendiri. Pada akhirnya, ia berhasil mengajak lima orang dalam perkemahan tersebut; Anton si jago atraksi api, Aldi si kecil yang temperamen, dua saudara kembar bertubuh bongsor, dan Baron si pecinta mobil RC.

Rusdi selalu menyakinkan teman-temanya agar mereka menjadi kelompok terbaik walaupun jumlah mereka yang sedikit bahkan ketika pada akhirnya mereka harus menerima kenyataan dengan berkurangnya jumlah anggota kelompok mereka lantaran tiba-tiba dua saudara kembar terjangkit penyakit cacar dan harus dipulangkan. Keantusiasan dan keoptimisan Rusdi inilah yang membuat Baron terkadang kesal dan keheran-heranan. Pernah suatu ketika Baron menyindir Rusdi yang sering memoles kulitnya dengan cairan antiseptik. “Katanya Pramuka, tapi bersih-bersih melulu.”


Rusdi menjelaskan, ”Kulit aku sensitif kalau terkena kotor.”

“Kalau kayak gitu, ngapain ikut pramuka segala.”

“Justru karena pramuka aku diajarkan agar jangan menyerah.”

Lalu giliran Aldi yang bertanya, ”Kalau ikut Perkemahan Bintang Utama, hadiahnya apa?”

Rusdi dengan antusias membuka buku sakunya dan menunjukkan sebuah lambang bintang yang tertempel di dalamnya. ”Bukan hadiah, tapi ini. Karena ini, aku ikut pramuka. Dengan ini, kepramukaanku akan semakin terakui.”

Pernah juga Baron bertanya lagi, ”Kenapa sih Rus, segitunya sama pramuka?”

Lalu Aldi menimpali, ”Alaah paling standar. Kakaknya pramuka. Bapaknya pramuka. Keluarga pramuka.”

Rusdi langsung membenarkan, ”Yang benar pramuka keluargaku.”

Ada adegan saat kelompok Rusdi memenangkan salah satu permainan lalu Rusdi mengajak ketiga temannya beryel-yel. Saat Rusdi memeragakan yel-yel, semua temannya hanya bengong keheranan melihat gerak Rusdi yang konyol. Saya tertawa melihatnya.

Ada juga adegan ketika Rusdi dan Baron berselisih pendapat. Saat itu mereka sedang dalam petualangan di dalam hutan, mencari Markas Bintang Utama untuk berlomba menjadi kelompok terbaik. Namun, di tengah perjalanan, Baron, Aldi dan Sindai -seorang peserta pramuka putri yang kabur dari kelompoknya- memilih meninggalkan perkemahan. Tentu saja Rusdi tidak terima karena itu melanggar peraturan. Baron pun mematahkan semua alasan Rusdi mengenai peraturan pramuka yang tecatat di buku sakunya hingga membuat Rusdi membolak-balik halaman buku sakunya lalu menjatuhkannya, terpaku mendengar ucapan Baron yang terakhir mengenai bapak Rusdi yang hilang meninggalkannya. Saat adegan Rusdi membolak-balik halaman buku sakunya lalu menjatuhkannya inilah yang membuat saya geli. Gayanya lucu dan menggemaskan.

Lalu mengenai Aldi, seorang anak bertubuh kecil yang temperamen, tetapi pandai berenang. Keahliannya berenang inilah yang nanti berkontribusi dalam penyelamatan kawan-kawan Elangnya dari komplotan illegal logging.

Sebenarnya Aldi sendiri tidak ada ketertarikan mengikuti pramuka apalagi Perkemahan Bintang Utama. Namun, karena Rusdi mengumumkan perkemahan tersebut tingkat Kalimantan Timur, Aldi langsung menghampiri Rusdi dan menanyakan, ”Peserta cewek juga ikutan gak, Rus?” Ternyata Aldi terdorong mengikuti perkemahan tersebut supaya dapat bertemu Sandra, perempuan yang ia sukai. 

Ada adegan saat Aldi tiba di perkemahan Bintang Utama dan melihat Sandra. Adegannya seperti film-film India dan memang saat itu musik yang melatar-belakangi adalah lagu India. Sandra membuka topi pramukanya lalu mengibas-ngibaskan rambutnya seperti iklan shampo dan Aldi terpana melihatnya. Saya tertawa geli melihat adegan ini.

Beberapa kali Aldi mencuri pandang perkemahan putri agar bisa melihat Sandra lebih dekat. Hingga suatu hari kelakuannya diketahui oleh Sindai, teman sekelompok Sandra. “Kau suka pada Sandra?”
 
“Kau kenal?”

“Dia teman sekelasku.”

“Bisa kau kenalkan aku padanya?”

Sindai mengangkat bahu. Lalu Aldi melanjutkan, ”Orangnya baik, bagus lagi rambutnya.”

Lucu sekali melihat Aldi pada adegan tersebut. Kelihatan polos dan menggemaskan.

Pada kesempatan lain, Sindai memergoki Aldi lagi, yang mendekati perkemahan putri, “Sedang apa kau di sini?”

“Katanya kau kenal dia?”

Lalu Sindai menyeret Aldi menghampiri Sandra. Saat itu Sandra membelakangi mereka berdua. Sindai berkata, “Sandra, ada yang mau berkenalan?”
 
Sandra membalikkan badan dan melihat Aldi. Aldi menunduk malu.

“Maaf ya aku sedang sibuk. Kayaknya kalian berdua cocok, dech.”

Semula Aldi tak acuh pada Sindai. Namun, pada akhirnya Aldi menyadari bahwa Sindai juga berambut bagus. Saat itu Aldi melirik malu-malu ke arah Sindai. Sindai yang menyadari gelagat Aldi pun bertanya, ”Kenapa kau?”

“Enggak. Rambut kamu bagus juga.”

Itu beberapa adegan menarik dan jenaka dari film ini. Banyak hal menarik lainnya mengenai film ini. Namun, akan jauh lebih menarik lagi bagi para pembaca untuk menonton sendiri film ini langsung. Film yang bagus untuk menjadi tontonan keluarga. Apalagi lagu yang menjadi soundtrack-nya juga tidak kalah bagus dan semangat. Di bawah ini saya kutipkan lirik lagu tersebut, yang berjudul Elang. Akhir kata, saya hanya bisa menyampaikan selamat menonton! :)


Anak-anak tunas bangsa, marilah kita bersama
Siapkan diri menyambut hari baru
Singsingkan lengan bajumu, satukan derap langkahmu
Wujudkan harapan, raih cita-cita

Tunjukkan pada dunia, bersatu walau kita berbeda
Bagaikan elang melintasi cakrawala


Terbang rentangkan sayapmu, jangan pernah ada ragu
Satukan semua tekadmu meraih impian
Terbang kepakkan sayapmu, jangan pernah ada ragu
Bersama kita pasti bisa taklukkan dunia



Rusdi beryel-yel dan ketiga temannya menatap heran.


Kelompok Rusdi sedang percobaan membuat lubang jebakan untuk binatang buas.
 Rusdi meyakinkan ketiga temannya agar menjadi kelompok terbaik.
Perkenalan dengan Sindai.
Petualangan menemukan Markas Bintang Utama.
Menemukan Sindai yang berpisah dari kelompoknya di dalam hutan.
Baron, Aldi, dan Sindai yang kabur dari perkemahan.
Rusdi dan Anton bertemu komplotan illegal logging.
Penyelamatan Rusdi dan Anton oleh Baron, Aldi, dan Sindai dari komplotan illegal logging.
Akhirnya mereka berdamai dan memahami makna persahabatan.
~Wenny Pangestuti~