July 26, 2014

JDA #5: Do Selecting


Sangat penting kita memiliki visi misi dalam menjalani pernikahan. Cita-cinta yang diperjuangkan bersama setelah terucap akad nikah.
Mau nikah itu untuk apa?
Pernikahannya mau dibawa kemana?
Tujuan nikahnya apa?

Cita-cinta ini sebaiknya ditentukan dari visi hidup kita sendiri yang tertulis di proposal hidup.
“Apa pencapaian tertinggi yang mau dicapai selama hidup?”

Bagusnya, menetukan visi hidup ini harus berlandaskan passion, yakni apa yang kita lakukan ini betul-betul menciptakan lelah yang membahagiakan dalam menjalaninya.

Selama masih pranikah, bedahlah dalam-dalam tentang visi-misi pernikahan, bagaimana kehidupan ke depannya, mau tinggal dimana nantinya, mau kerja seperti apa, bolehkan istri bekerja, dan lain-lain.

“Kesepahaman kita dalam memandang aturan agama, keselarasan kita dalam menetapkan visi dan misi berumahtangga, serta kerelaan kita untuk saling memahami satu sama lainnya, perlu dibincangkan sebelum kita benar-benar mengetuk, memasuki bahkan menjalani proses yang akadnya merupakan kegembiraan langit dan bumi itu. Agar aku bisa mendukung langkahmu, agar aku pun mantap melangkah bersamamu, dan agar kau pun merasa bahwa aku memang bisa mendampingimu.”
~Fu untuk Canun~

Kenali Diri ~ Mirroring
Mengenal diri ini bukan hanya untuk keperluan mencari jodoh atau menikah. Mengenal diri kita sendiri adalah sebuah kewajiban diri.

Dengan mengakui kelebihan dan kekurangan diri kita yang SEBENARNYA, setidaknya itu menunjukkan bahwa kita sudah lebih mengenal diri kita sendiri. Hal itu juga akan memudahkan kita menemukan passion, visi hidup serta pasangan hidup yang kita butuhkan seperti apa.

Mengenali diri sendiri bukan hanya untuk “mengetahui, kemudian menerima kekurangan” kita, tapi juga memudahkan kita untuk memperbaiki kekurangan yang masih bisa diikhtiarkan dengan cara-cara yang ahsan. Mengenali diri sendiri bukan juga hanya untuk “mengetahui dan menerima kelebihan” kita, namun juga untuk memudahkan kita dalam mengoptimalkan potensi kelebihan menjadi jauh lebih baik lagi.

Kenali Pasangan ~ Matching 
                   Mengenali masa lalunya
                             Mengenali karakter kepribadiannya
                             Mengenali keluarganya

Kenali Diri & Pasangan ~ Completing
Setelah kita mengenail diri sendiri, mengenali kelebihan dan kekurangan diri, tentu akan lebih mudah bagi kita menentukan jodoh yang sesuai kebutuhan kita. Jodoh seperti apa yang siap berjuang bersama membangun rumah tangga impian kita. Dengan kelebihan dan kekurangan yang sudah kita kenali, kira-kira kriteria jodoh seperti apa yang kita butuhkan secara spesifik untuk mengutuhkan diri kita.

Proposal Nikah
Isinya benar-benar menuangkan bagaimana diri kita dan bagaimana kita memandang konsep pernikahan, kriteria pasangan yang kita harapkan, serta sekilas tentang bagaimana kita akan menjalani pernikahan.


Pernikahan yang Diselimuti Takwa ~ Dihiasi Bahagia ~ Mengantongi Visi Bersama


~Wenny Pangestuti~

JDA #4: Come On Upgrading


“Saat Allah masih menunda pertemuan kita dan jodoh kita, berbaik sangkalah bahwa Dia begitu mencintai kita, dengan memberi kita waktu untuk memperbaiki diri lebih baik lagi. Allah menyayangi kita semua, meski terkadang cara Dia menyayangi masing-masing kita selalu berbeda, namun memang begitulah, cara Allah yang istimewa.”
~Fu~

Upgrading alias memperbaiki diri sama dengan memperbaiki jodoh. Fokus pada perbaikan diri, tidak terlalu khawatir bagaimana jodoh kita. Insya Allah, jodoh itu cermin yang saling melengkapi. Tapi, tidak melupakan pula, mendoakan kondisi jodoh kita. Meskipun kita belum tahu siapa dia, dimana dia, dan sedang apa dia; doakanlah keadaan terbaik untuknya. Saling mendoakan untuk semakin lebih baik di mata-Nya, saling mendoakan untuk disegerakan pertemuannya, saling mendoakan agar Allah ridha atas diri kita dan diri’nya’. Tentu sangat romantis, doa melesat ke langit dari dua orang yang belum pernah mengenal sama sekali, saling mendoakan karena-Nya.

Upgrade Our Knowledge 
    Ilmu Pernikahan
                  Ilmu Jemput Rezeki
    Ilmu Relationship
Pernikahan adalah proses pengenalan pasangan seumur hidup. Kita tak boleh berhenti untuk mengenali pasangan kita setelah menikah karena yang namanya hidup, juga manusia, tentu mengalami perubahan. Sekali saja kita ‘berhenti’ untuk mengenal pasangan kita, maka tinggal menunggu sesuatu terjadi pada pernikahan kita. Apalagi manusia itu bukan sebuah robot yang memilki manual book untuk menjalankannya, maka untuk mengenali karakter pasangan juga ada ilmunya.

Hal utama yang tak boleh ditinggalkan adalah upgrade terus pemahaman ilmu agama kita, sebab hal itu menjadi fondasi utama berkahnya pernikahan kita. Perluas juga dengan ilmu pernikahan dan kehidupan lainnya. Satu yang diingat, proses upgrade our knowledge ini bukan hanya saat kita belum menikah untuk bertemu jodoh kita, namun berkesinambungan sampai setelah menikah nanti, because life is a never-ending study.

Upgrade Our Skill
Proses upgrade our skill ini bukan hanya saat kita belum menikah untuk bertemu jodoh, namun berkesinambungan sampai setelah menikah nantinya, because life is a never-ending practise.

Upgrade Our Heart
Kesiapan hati untuk benar-benar menjalani sebuah pernikahan, menikmati peran baru sebagai suami atau istri, kemudian kelak menjadi seorang ayah dan ibu, sangat diperlukan. Karena saat menjalani pernikahan nanti, manajemen hati kita sungguh akan sangat diuji. Setidaknya bila telah dipersiapkan dari sekarang, kita akan lebih siap menghadapi turbulensi pernikahan nantinya.

Proses upgrade our heart ini bukan hanya saat kita belum menikah untuk bertemu jodoh kita, namun berkesinambungan sampai setelah menikah nanti, because life is a never-ending upgrade.

Upgrading setiap hari adalah sebuah keharusan. Bukan saja untuk menanti jodoh, bukan saja untuk segera menikah, namun keharusan dalam menjalankan kehidupan ini. Tak perlu menjadi sempurna untuk menikah karena tak ada satu orang pun yang berubah secara otomatis menjadi suami/istri yang baik setelah akad nikah terucap. Menjadi suami/ istri yang baik pun membutuhkan upgrading yang harus kita lakukan terus-menerus setelah akad.


      Di satu sisi kita perlu bersyukur karena masih diberi waktu untuk melayakkan diri dengan baik sebelum pernikahan itu tiba. Tentu siapa pun itu berharap menjadi wanita terbaik, lelaki terbaik yang dipilih oleh jodohnya. Dengan upgrading, kita menyiapkan diri kita untuk menjemput peran sebagai muslimah yang tangguh, istri yang patuh, menantu yang teduh, ibu yang tangguh, dan hamba Allah yang utuh [untuk wanita]; Muslim yang kuat, suami yang dahsyat, menantu yang amanat, ayah yang hebat, dan hamba Allah yang taat [untuk pria].



~Wenny Pangestuti~

JDA #3: Let’s Cleansing


“Jodoh itu bukan masalah ‘siapa dia, di mana dia, bagaimana dia?’. Tapi jodoh bergantung pada ‘siapa Anda, di mana posisi Anda, bagaimana diri Anda?’.”
~Canun & Fu~

Permasalahan jodoh sebetulnya bukan masalah ‘dia’ sudah ada atau belum, namun yang bermasalah adalah ‘saya’. Tinggal bagaimana si ‘saya’ dengan jujur mau mengakui dirinya sendiri, bahwa memang sedang ada masalah yang bercokol di dalam diri. Ini semua memang sangat membutuhkan kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk mengakuinya. Untuk mau menerima bahwa yang menjadi masalah itu adalah ‘saya’, bukan si ‘dia’. Mengakui diri sendiri memiliki masalah merupakan satu langkah awal menuju kemajuan yang berarti, one step closer to be better, to meet your jodoh. :)

·      Terima
Terima bahwa diri kita pernah memilki masa lalu yang buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Terima dengan lapang, dengan tekad bahwa diri kita siap untuk menjadi pribadi yang 'baru' dengan menerima pribadi ‘lama’ kita.

·      Syukuri
Syukuri bahwa diri kita pernah memiliki masa lalu yang buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Syukuri dengan penuh keikhlasan, dengan doa bahwa diri kita bersiap untuk menjalani skenario Allah yang ‘baru’ dengan terlebih dahulu mensyukuri skenario ‘lama’-Nya.

·      Maafkan
Maafkan bahwa diri kita pernah memiliki masa lalu yang buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Maafkan dengan kesungguhan dan kerelaan, dengan harapan bahwa diri kita bersiap untuk menjalani kembali hidup dengan orang-orang sekitar kita, siap terisi oleh orang ‘baru’ dan telah berdamai dengan orang ‘lama’.

·      Lepaskan
Lepaskanlah segala beban yang telah kita olah menjadi lebih baik. Lepaskan. Biarkan ia mengalir pada muaranya yang tepat. Tak usah kita berusaha untuk mengingat-ngingatnya kembali, tak usah juga berusaha untuk melupakannya. Biarkan ‘mereka’ menempati muaranya masing-masing tanpa perlu kita risaukan kemana. Lepaskan saja.

Biarlah Allah yang mengaturnya untuk lepas ke arah mana. Maka, lebih mendekat lagi kepada-Nya. Benar-benar mohon ampunan kepada-Nya atas segala kesalahan dan dosa. Dia sebaik-baik perancang kehidupan kita, yang berhak atas diri kita, yang menuntun kita ke depannya.

·      Melangkah ke Depan
Sekarang tinggal kita bersiap MELANGKAH ke depan. Bersiap merancang masa depan kita yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Menjadi pribadi yang lebih baik, menjalani kehidupan yang lebih baik, mendapatkan jodoh terbaik, kemudian selalu bergerak ke arah yang lebih baik, dengan cara yang baik, untuk hidup terbaik.

“Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu permintaan terbaik, doa terbaik, kesuksesan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik, pahala terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik. Kuatkanlah hamba, beratkanlah timbangan kebajikan hamba, realisasikan keimanan hamba, tinggikan derajat hamba, terimalah shalat hamba, ampuni dosa-dosa hamba, dan hamba memohon surga tertinggi.”


“Salah satu ciri orang yang telah berdamai dengan masa lalunya adalah ia tidak malu akan masa lalunya tersebut. Ia mampu menceritakan masa lalunya dengan bahagia.”
~Fu & Canun~

Pada tahap cleansing ini, kita dapat memahami arti penting terlepas dari bayang-bayang masa lalu yang kelam yang mungkin dialami banyak orang. Harapan yang melangit dengan memahami cleansing ini, kita dapat membawa diri menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang bisa memaafkan kesalahan masa silamnya, mensyukuri segala warna cerita hidupnya, dan siap melangkah dengan bahagia untuk hidup yang lebih baik.


Terima – Syukuri – Maafkan – Lepaskan – Melangkah ke  Depan


~Wenny Pangestuti~

JDA #2: Menikahi Penantian


“Menantimu dengan kerinduan, menjemputmu dengan kekhusyukan, menikahimu dengan keimanan. Itulah caraku memuliakanmu, duhai pendamping impian.”
~Fu~

Menikah Penantian untuk Menanti Pernikahan

Hiasi penantian dengan kesabaran dan berbaik sangka kepada Allah, sambil terus berikhtiar secara optimal, memanjatkan doa yang tak putus-putus, dan tawakal dengan penuh pasrah kepada Allah.

Yakinlah bahwa penantian ini adalah bukti cinta Allah, hanyalah salah satu cara-Nya untuk mempersiapkan menjadi; Muslimah yang tangguh, istri yang patuh, menantu yang teduh, ibu yang tangguh, dan hamba Allah yang utuh [untuk wanita]; Muslim yang kuat, suami yang dahsyat, menantu yang amanat, ayah yang hebat, dan hamba Allah yang taat [untuk pria].

Membicarakan pernikahan memang bukanlah sekedar menebar cerita angan tentang keinginan menikah; atau bayangan kelak ketika sudah menikah. Jika kita memang ingin segera menikah, maka wujud tanggung jawab keinginan kita terhadap diri kita sendiri adalah dengan mempersiapkan diri menjemput jodoh dalam bingkai pernikahan. Seseorang yang benar-benar ingin segera menikah, seseorang yang mewujudkannya dalam ikhtiar persiapan diri atau ikhtiar melayakkan diri.

Berbicara tentang penantian, memang menanti adalah perkara yang membosankan. Namun, menanti pernikahan dengan kerinduan diiringi kekhusyukan untuk menjemputnya, insya Allah terasa indah dan tetap membahagiakan. Karena rasa cinta ini akan merekah dan melebur indah pada waktunya, dengan ‘dia’ yang telah terjaga oleh-Nya, dan dipertemukan dengan kita pada saatnya.

Jadi, tak perlu risau dikala teman silih berganti telah bertemu dengan jodohnya, memajang kebahagiaan dalam bingkai foto-fotonya atau status-statusnya. Karena Allah telah menyiapkan waktu sendiri bagi kita untuk bertemu dengan 'dia'. Maka bersabarlah dan tetaplah berbahagia menikahi penantian untuk menanti pernikahan dengan ketakwaan. 


~Wenny Pangestuti~

JDA #1: Cara Benar Cari Jodoh


Judul Buku       :     JODOH DUNIA AKHIRAT
                            Merayu Allah, Menjemput dalam Taat
Penulis            :     Ikhsanun Kamil & Foezi Citra Cuaca
                            [Romantic Couple: Trainer & Writer]
Penerbit          :     Mizania
Tahun Terbit    :     2014, Cetakan V

“Menantimu dengan kerinduan, menjemputmu dengan kekhusyukan, menikahimu dengan keimanan. Itulah caraku memuliakanmu, duhai pendamping impian.”

Tak seorang pun mengetahui siapa kelak yang akan menjadi jodohnya; sebab jodoh adalah rahasia Allah bagi setiap hamba-Nya. Menjemputnya dalam ketaatan, menantinya dalam ketawakalan, itulah ikhtiar manusia untuk bertemu jodohnya.

Buku ini mengulas tentang cara benar dalam mencari jodoh:
·         Bagaimana menyelesaikan hal-hal yang menghambat pernikahan.
·         Bagaimana memantaskan diri di hadapan-Nya agar layak melangkah ke pelaminan.
·         Bagaimana menemukan pasangan hidup yang satu cita dan cinta dengan kita.

             Siapkah kita menjemput jodoh dunia akhirat kita? Membeli atau meminjam buku ini, lalu membacanya hingga tuntas, insya Allah kita akan mendapatkan pencerahan dan kesiapan untuk menanti pasangan sejati di kemudian hari.


~Wenny Pangestuti~

July 24, 2014

Behind The Scene: Balada Persahabatan



Balada persahabatan adalah sebuah cerita yang saya adaptasi dari sebuah naskah drama yang disusun oleh lima orang siswa SMP. Naskah drama tersebut mereka susun sebagai tugas mata pelajaran Seni Budaya [kalau tidak salah]. Kelima siswa tersebut adalah Yoni Setiawan, Dimas Septa Yudhistira, Wildan Hamdani Yuwafi, Daniar Rahmadhan, M. Fatkullah (Farel), dan Yudha Anugrah Utama P.

Sekitar satu tahun silam, selama bulan Maret hingga Mei 2013 saya menjalani masa Kuliah Kerja-Program Pengalaman Lapangan (KK-PPL) di SMP Negeri 11 Jember. Selain aktivitas mengajar, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), atau mengerjakan tugas KK, saya kerap kali melepas penat dengan pergi ke koperasi siswa (kopsis). Biasanya saya membeli minuman dan makanan ringan, lalu melahapnya di sana sembari mengobrol dengan penjaganya [kalo tidak salah bernama mbk Riska]. Selain meja mbk Riska, di ruangan kopsis, ada satu meja lagi milik bu Dian [kalo tidak salah], guru Komputer yang juga merangkap sebagai guru Seni Budaya .

Suatu ketika saya melihat tumpukan kertas di meja bu Dian dan tidak sengaja membaca tulisan ‘VIII F’. Tentu saja saya tertarik sebab kelas VIII F adalah kelas tempat saya mengajar. Ternyata tumpukan kertas itu adalah kumpulan naskah drama yang disusun secara berkelompok oleh siswa VIII F. Saya meminta ijin membaca naskah drama tersebut kepada bu Dian. Menurut penuturan bu Dian, sebelumnya siswa diminta mencari cerita narasi, lalu dari cerita narasi tersebut siswa dapat menyusunnya kembali ke dalam bentuk naskah drama. Setelah membaca naskah demi naskah tiap kelompok, ternyata hampir semua hasilnya menarik. Ada beberapa naskah yang membuat saya tersenyum. Ada pula yang membuat saya ingin tertawa geli, tetapi saya tahan karena sadar kondisi dimana saya berada saat itu. Selain itu, setiap kelompok akan diminta memperagakan isi dari naskah tersebut di depan kelas. Mengetahui itu, saya membaca naskah siswa VIII F sambil membayangkan bagaimana mereka memperagakannya apalagi saya cukup mengenal banyak karakter asli mereka sehari-hari bagaimana. Beberapa naskah drama memang disusun berdasarkan cerpen yang mereka temukan, seperti halnya naskah drama milik kelompok Harvian Bagus Dewantara, Dita Permata Sari dan Sekar Alaya Roninsah.
 
Naskah drama milik kelompok Harvian menceritakan tentang seorang anak yang amat menyukai mainan yoyo. Anak tersebut diperankan oleh Harvian. Adapun Sandi berperan sebagai ibu dari Harvian. Sedangkan Brian, Unggul dan Renov berperan sebagai teman Harvian yang iri melihat yoyo mahal milik Harvian. Pada akhirnya, Harvian tersadarkan akibat sikap obsesinya yang berlebihan terhadap mainan yoyo tersebut.

Naskah drama milik kelompok Dita bertemakan persahabatan. Dita, Anggun, Vega, dan Maulina bersahabat. Kelas mereka kehadiran dua siswi baru, yaitu Bella dan Devita. Bella dan Devita sama-sama suka menggambar. Suatu ketika Dita cs secara tidak sengaja menyobek kertas gambar Bella. Namun, pada akhirnya Dita cs bersahabat juga dengan Bella dan Devita.

Naskah drama milik kelompok Sekar menceritakan tentang penulis kecil. Dalam naskah diceritakan bahwa Fida berhasil memiliki satu karya yang telah dibukukan. Itu sebabnya, Fida menjadi agak sombong. Ketika Fida memiliki tetangga baru, yaitu Sekar, Fida dengan sombong memamerkan buku hasil karyanya. Pada akhirnya, Fida tahu bahwa ternyata Sekar sendiri juga mempunyai buku hasil karyanya sendiri, bahkan lebih dari satu.

Dari sekian naskah yang memang diadaptasi dari cerpen, ada juga naskah yang sepetinya dikarang sendiri. Contohnya, naskah milik Ahmad Dani dan Trie Okta Sakti. Ceritanya amat sederhana. Percakapan Dani dan Okta tentang persiapan mereka hadir di acara ulang tahun teman. Mereka mendiskusikan baju apa yang akan dipakai dan kado apa yang akan diberi. Saya membacanya ingin tertawa. Sangat sederhana sekali. Saya bisa membayangkan bagaimana kakunya mereka memperagakan adegan tersebut sebab saya ketahui sendiri Dani dan Okta siswa laki-laki yang pendiam di kelas dibandingkan siswa laki-laki lainnya.

Nah, naskah milik kelompok Yoni yang saya narasikan dengan judul Balada Persahabatan adalah juga salahsatu naskah drama karangan mereka sendiri nampaknya. Naskah drama mereka pada dasarnya menceritakan tentang mereka apa adanya. Penjelasan karakter pada bagian yang dibaca narator nampak sama dengan karakter asli meraka, seperti halnya Daniar yang dianggap paling pendiam dari kelimanya, Wildan yang identik memakai topi karena terobsesi memanjangkan rambut, M.Fatkullah yang senang dipanggil Farel.

Ketika ada kesempatan masuk kelas VIII F, saya coba menanyakan langsung tentang naskah tersebut pada Yoni cs. Dari jawaban mereka, seingat saya Yoni-lah yang mempunyai ide cerita tersebut. Ketika saya tanya apakah benar mereka bersahabat, mereka menjawab iya. Memang dalam pengamatan saya selama KK-PPL di sana, mereka sering bersama. Daniar duduk sebangku dengan Yoni. Di belakang mereka, duduk sebangku pula Farel dan Wildan. Yoni dan Wildan seringkali saling mengganggu satu sama lain layaknya kakak-beradik. Sedangkan bangku di samping Daniar dan Yoni, ada Dimas yang sebangku dengan Yudha.  Jika ada tugas berkelompok, mereka juga sering satu kelompok.

Dalam hati saya berkata, "Wah anak-anak ini sebenarnya kreatif dan juga menggemaskan. Senangnya menjadi guru, senangnya mengajar, dan bertemu dengan banyak anak yang memilki beragam karakter. Satu hal lagi, anak-anak selalu ada saja tingkahnya." :) Lebih dari itu, every child is special. Jika kita mau memahami anak-anak kita, kita akan temukan keistimewaan atau keunikan mereka masing-masing, yang dapat kita arahkan, kita dukung untuk mereka asah agar dapat mereka manfaatkan untuk kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Namun realitanya, banyak anak kehilangan kekuatan dalam segi tersebut, sehingga mereka tidak melihat keistimewaan yang mereka miliki dan tenggelam dalam asumsi bahwa 'aku adalah orang biasa-biasa saja'. Padahal sejatinya, mereka bisa untuk menjadi 'orang luar biasa' di dunia ini.


Inilah di balik cerita Balada Persahabatan. Jika mereka menaskahkan cerita narasi, maka saya menarasikan naskah drama mereka. :)



~Wenny Pangestuti~