December 22, 2016

#Resolusiku2017 : Tanpa Usaha, Rasa Tak Kan Sama



…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…
(TQS. Ar-Ra’d [13]: 11)


Bukan tanpa sebab saya mengawali tulisan ini dengan penggalan ayat di atas. Tak lain sebagai sesama muslim mengingatkan bahwa pentingnya berusaha. Karena tanpa berusaha, segala impian hanyalah angan kosong.

Pergantian tahun menjadi momentum pas bagi seseorang untuk merefleksi diri tentang capaian-capaian yang telah ia lalui di tahun sebelumnya dan yang akan ia raih di tahun mendatang. Begitulah hakikat kehidupan, tak lepas dari yang namanya perubahan. Disadari atau tidak, diinginkan atau tidak, yang namanya perubahan itu pasti ada. Tinggal kita yang memilih apakah memilih perubahan yang terjadi sendiri tanpa usaha kita atau perubahan terencana dengan usaha kita. Semua pilihan ada pada diri kita sendiri. Coz life is choice.

Sebagai wanita yang masih berusia 25 tahun hingga 13 Juni 2017 nanti, to the point saja #Resolusiku2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan adalah M-E-N-I-K-A-H. Saya punya harapan di usia 25 tahun saya sudah menikah. Walaupun memang masalah kematangan, masalah usia ideal itu relatif, tergantung kepribadian masing-masing orang, saya pikir di usia sekianlah saya insyaAllah mempunyai kesiapan dan kematangan untuk menikah. Rencana ini sudah tertulis dalam Yearly Planning yang pernah saya buat di akhir tahun 2013 silam. Saat itu saya membuat perencanaan dalam lima tahun mendatang. Saya menuliskan pada tahun 2017 bahwa “InsyaAllah saya siap dan matang untuk menikah”.

Life Mapping yang pernah saya buat di akhir tahun 2013

Kenapa menikah? Karena saya ingin membangun keluarga impian saya; memiliki partner hidup yang membersamai dalam kebaikan; melahirkan generasi Islami yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah dan menjadi salah satu satu pahala yang tak akan terputus saat saya meninggal nanti.

Lalu apa yang harus saya lakukan untuk mewujudkannya? Terus terang saya bingung bila ditanya sudah sejauh mana persiapan saya untuk menikah. Sebab persiapan itu adalah proses perbaikan dan proses pemantasan itu sendiri. Saya coba menambah wawasan dengan membaca, bertanya, atau mendengar cerita dari mereka yang telah lebih dulu menikah.


Referensi buku pernikahan yang saya miliki

Sebenarnya di tahun 2016 gaung menikah dan menikah begitu bising di telinga saya. Selain pertanyaan yang tak usai dari orang-orang ‘kapan menikah?’, baik dengan nada serius atau bercanda, saya sendiri kerap merasakan kegelisahan itu sendiri. Saya coba menghibur diri saya sendiri bahwa ini bukan-lah masalah besar. Bukankah jodoh hal yang sudah pasti dari Allah, sesuatu yang kerap dikhawatirkan, tetapi seharusnya tidak perlu dikhawatirkan. Karena ada perkara yang harusnya dikhawatirkan, tetapi seringkali tidak dikhawatirkan, yaitu kematian. Ya, karena bisa jadi kematian saya-lah yang lebih mendahului dari pertemuan saya dengan jodoh di dunia. Namun, semuanya adalah sama-sama perkara gaib yang tak bisa diterka oleh manusia, pun dengan saya. Saya coba memotivasi diri saya bahwa yang harus saya lakukan berusaha. Berusaha memantaskan diri untuk siap mati dan memantasakn diri untuk menjadi bidadari kekasih hati (jodoh).

Apa yang akan menjadi rencana saya? Sebenarnya sejak beberapa bulan yang lalu saya berencana mengikuti biro jodoh online AyoNikah.com Tetapi, saya terhalang uang untuk aktivasi sebagai anggota. Jadi, untuk aktivasi keanggotaan kita harus membayar uang pendaftaran senilai Rp300.000. Selama menjadi anggota, identitas kita akan terjaga. Itu mengapa saya percaya dan yakin ingin mengikuti program ini. InsyaAllah akan saya lakukan di tahun 2017 mendatang. Bismillah.

Mengapa harus dengan biro jodoh online? Mengapa tidak meminta bantuan orang tua, teman atau saudara, tokoh agama yang dikenal? Saya juga berteman kok secara offline dengan siapa pun. Saya pikir itu tidak perlu dibahas lebih jauh. Semuanya bermuara pada satu kata, yaitu B-E-R-U-S-A-H-A.

Jujur, sebenarnya saya malu juga membahas ini apalagi sampai dikutsertakan pada giveaway. :-) Saya membutuhkan dukungan, masukan, dan doa dari para pembaca. Terima kasih.


Dengan atau tanpa usaha mungkin bisa saja seseorang tetap mendapatkan hasil yang sama. Namun, tetap akan ada yang berbeda, yaitu rasa. Rasa menikmati hasil yang sama dengan usaha tak kan sama dengan rasa menikmati hasil yang sama tanpa usaha. Karena tanpa usaha, rasa tak kan sama.






~Wenny Pangestuti~

October 08, 2016

Pohon Impian VII C


Setiap orang pasti memiliki impian. Ada yang berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan impian mereka. Walau hambatan dan rintangan menghadang, mereka tidak mempedulikan itu semua demi  meraih impian tersebut.

Namun, adapula yang justru kemudian menyerah kalah. Mereka  mengubur dan menutup rapat  impian  disaat terbentur kondisi dan situasi yang tidak berpihak.  Mereka kalah dan menyerah untuk  menerima nasib yang mempermainkan.

Impian memang perlu konsisten untuk diwujudkan. Sebesar apapun hambatan dan rintangan menghadang, wajib kita lawan sekuat daya dan upaya untuk mewujudkannya. Salah satu inisiatif saya untuk memendarkan impian siswa-siswi VII C agar mereka selalu termotivasi  mewujudkannya adalah membuat pohon impian di kelas.

Gambar di atas adalah pohon impian kelas VII C, yang saya buat sebagai program kerja saya sebagai wali kelas VII C. Pohon impian di sini dilakukan dengan cara anak-anak diminta untuk menuliskan impiannya pada sebuah kertas yang berbentuk buah –kita sebut’buah impian’. 

Siswa menulis bermacam-macam impian mereka masing-masing dan berikut impian mereka tersebut: 

  1. Abdul Khotib: “cita-cita menjadi guru”
  2. Agus Candra Wijaya: “cita-cita saya ingin menjadi orang yg pintar, membanggakan kedua orang tua yg sudah merawat saya dari kecil sampai sebesar ini. Jadi cita-cita saya adalah menjadi orang yg sukses/ pengusaha yg sukses”
  3. Ahmad Fais Fairushayun: “memperbaiki elektronik”
  4. Aisyah Yuli Anggraeni: “guru”
  5. Ana Bela: “menjadi guru”
  6. Badiun Ni’am: “polisi”
  7. Bahrur Rochim: “menjadi bingkil motor yang sukses”
  8. Cindi Cantika Triana: “impianku tidak banyak hanya ingin masuk surga dan ingin membanggakan kedua orang tua, ingin memberangkatkan orang tua haji dan ingin menjadi lebih baik lagi”
  9. Dimas Dani Al-Fairus: “cita-cita saya menjadi orang yang sukses”
  10. Fatiq Thoyyib Ardani: “cita-cita menjadi guru”
  11. Ikfina Ilma Salwa: “guru”
  12. Imroatul Hasanah: “guru, semoga tercapai cita-citaku”
  13. Intan Utami: “menjadi doktor/dokter, aku ingin menjadi orang yang sukses dan aku ingin menjadi orang yang dihormati aamiin, semoga aku menjadi orang yang lebih baik dari hari ini aamiin”
  14. Jefri Wahyudi: “masuk surga”
  15. Jisavira Dela Ananta: “saya ingin menjadi dokter”
  16. Khoirul Umam: “pengusaha yang sukses”
  17. Lilis Suryani: “guru”
  18. Mashuri: “cita-cita menjadi ustad/ kyai”
  19. Miftahul Rizki: “sepak bola”
  20. Mohammad Rizki: “pengusaha yang sukses”
  21. Muhammad Nur Afandi: “ingin menjadi polisi”
  22. Nadila Rahmawati: “guru”
  23. Nuorma Issrinasyifa: “polwan”
  24. Nur Fahmi: “astronot”
  25. Nurul Sholeha: “pramugari”
  26. Rani Arlinda: “guru”
  27. Rindi Antika: “guru”
  28. Rivaldo Dwi Saputra: “ingin bertemu Nabi Muhammad”
  29. Serli Zahrotus Sakinah: “cita-cita saya ingin menjadi guru”
  30. Shinta Dhuhrotul Himayah: “guru”
  31. Sintia Imroa Sholihah: “saya ingin jadi guru”
  32. Siti Al Mukarromah: “guru”
  33. Tasiyati: “guru vokal”
  34. Taufiqurrohman: “menjadi guru”
  35. Vera Indah Kusumasari: “dokter”
  36. Wahyudi Firmansyah: “cita-cita ingin menjadi hakim”
  37. Arlin Sukma Padisia: “pramugari”
  38. Inan Nabila: “guru/dokter”
  39. Firda Fitrianingsih: “polwan, membanggakan orang tua dan ingin menaikkan haji orang tua ke tanah suci”
 
Kegiatan siswa-siswi VII C menggantung buah impian mereka pada pohon impian

Setelah anak selesai menuliskan impiannya, saya telah menyiapkan ilustrasi pohon yang saya gambar di kertas manila putih dan saya warnai dengan cat air untuk digunakan sebagai tempat menggantungkan impian para siswa. Pohon tersebut kemudian ditempel di dinding kelas, dengan harapan setiap ada orang yang membaca impian-impian siswa tersebut, mereka mengamininya dan mendoakan kepada Allah agar impian para siswa dikabulkan.

Hasbunallah wani’mal wakil
(Cukuplah Allah yang memenuhi harapan dan sebaik-baik pertolongan)

Impian manusia adalah sebuah doa kepada Allah. Impian adalah suatu keharusan bagi insan yang mengiginkan kehidupan yang lebih baik. Mimpi bukanlah sekedar angan-angan tanpa aksi, tapi harus kita lakukan. Menjadikan impian kita sebagai motivasi, dan membuat kita untuk bergerak menyusun langkah-langkah untuk mewujudkan impian yang telah direncanakan.

“Mimpi terus sampai Tuhan memelu mimpi kita” 
[Coboy Junior - Pelangi dan Mimpi song]



Selasa, 04-10-2016
Wenny Pangestuti

August 23, 2016

Setia Membersamai


Ada beberapa profil pasangan suami istri (pasutri) yang kutemui di kehidupan nyata yang sudah cukup lama membina rumah tangga. Namun, ada satu hal yang kurang. Mereka belum dikaruniai buah hati. Padahal sebenarnya mereka juga tidak menunda-nunda program punya anak. Mereka juga berharap diberi buah hati.

Awalnya, melihat fakta ini aku kasihan. Kelihatannya sepele. Tetapi ketika aku mencoba berempati, menempatkan diri bila ada dalam posisi demikian, sungguh hal itu tak bisa dianggap mudah. Tak bisa dipungkiri rasa gelisah ada mungkin, walaupun bentuk perwujudan setiap orang berbeda. Ada yang menyikapi dengan sikap yang kelihatan kecewa. Ada yang tetap bersikap tenang.

Salutnya aku adalah ketika melihat pasutri yang tetap harmonis dan setia membersamai menghadapi ujian tersebut. Mereka tetap memilih tetap bersatu, tetap bersama, dan saling setia ketika pernikahan mereka dihadapkan pada masalah belum dikaruniai buah hati. Mereka tetap memilih bersabar menghadapi komentar-komentar miring dari masyarakat kok belum hamil-hamil, kok belum punya anak, apa mandul, kasihan ya.

Ada kisah nyata, seorang dosen –perempuan- kenalan kakak tingkat kuliah saya, yang pernah telah bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Namun, akhirnya usaha dan penantian lama itu berbuah hasil, beliau dan suaminya dikaruniai anak laki-laki. Saat saya diajak bersila-ukhuwah ke rumahnya, kelihatannya ibu tersebut sudah tidaklah muda. Anaknya masuk usia balita. Aku salut dengan kesetiaan masing-masing keduanya, ya ibunya, ya suaminya. Saya lihat suaminya masih kelihatan gagah. Bisa saja lho beliau –suami- kalo mau nikah lagi demi mendapatkan buah hati. Tetapi, beliau memilih tetap setia, tetap saling membersamai, mendukung, dan menguatkan dalam menghadapi ujian tersebut bersama. Hingga akhirnya, kesabaran mereka berbuah hasil dengan hadirnya putra laki-laki yang tampan.

Ada juga, pasutri yang masih saudara dekat dengan saya. Mereka sudah menikah saat saya mungkin usia sekolah dasar. Namun, hingga sekarang belum dikaruniai buah hati. Alhamdulillah sampai sekarang pernikahan mereka masih tetap utuh. Mereka tetap memilih bersama, walaupun pernah saya dengar kondisi keluarga mereka dilanda masalah lain, lebih tepatnya istrinya. Alhamdulillah, suaminya tetap memilih setia membersamai dan mendampingi istrinya menyelesaikan masalah yang dihadapi. Padahal sang suami masih kelihatan ganteng dan gagah, bisa saja lho dia kalo mau cari wanita lain demi memperoleh keturunan. Tetapi ia memilih tetap setia.

Sungguh, pasutri yang dihadapkan ujian belum diberi buah hati ketika pernikahan mereka telah berusia lama, bahkan mereka sudah berusaha banyak hal untuk meraihnya, tetapi belum membuahkan hasil dan mereka tetap memilih setia membersamai, saya sungguh salut. Karena ujian seperti itu bukan hal yang mudah dan setiap orang bisa melaluinya dengan sabar dan tetap positive thinking. Apalagi bila ujian tersebut ditambahi dengan komentar-komentar kurang mengenakan dari mulut orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik yang maksudnya tidak menyinggung hingga yang beneran menyindir. Sungguh, saya bisa merasakan bahwa hal semacam itu bukanlah hal yang mudah dilalui oleh setiap orang meskipun saya sekarang ini masih single. Bisa ngerasain.

Tapi, saya mengingat-ngingat kembali teladan yang pernah ada dalam sejarah Islam mengenai masalah ini. Bukankah masalah seperti ini juga pernah menerpa sosok Nabi Ibrahim alaihissalam? Bukankah juga masalah ini pernah dihadapi oleh Nabi Zakariyyaa alaihissalam? Benar begitu? Dan, apa yang terjadi? Nabi Ibrahim dan ibu Sarah tetap saling setia membersamai dalam kesabaran dan positive thinking terhadap Allah. Usia kian menua. Secara logika sepertinya sudah tidak mungkin lagi punya anak. Tapi, Maha Besar Allah, ketika Allah telah bekehendak kun faya kun, segalanya bisa terjadi walaupun logika manusia sulit menalarnya. Nabi Ibrahim dan ibu Sarah akhirnya dikarunia anak walaupun usia mereka sudah tua.


69. Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

70. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth."

71. Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub.

72. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."

73. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."

(Terjemahan Qur’an Surah Huud [11]:69-73)
 

Begitu pula halnya kisah yang dihadapi Nabi Zakariyyaa. Sama.


2. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariyyaa,

3. yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.

4. Ia berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.

5. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,

6. yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai."

7. Hai Zakariyyaa, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.

8. Zakariyyaa berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua."

9. Tuhan berfirman: "Demikianlah." Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali."

(Terjemahan Qur’an Surah Maryam [19]: 2-9)


Jadi, sebesar apapun ujian yang menerpa, jika manusia tetap memilih berusaha menghadapi masalah dengan sabar dan positive thinking kepada Allah, insyaAllah segalanya dapat dilalui dengan mudah, ringan, tanpa beban. Pertolongan Allah selalu ada bagi hamba-hamba-Nya. 

Terakhir dari tulisan saya, semoga kita dikarunia pasangan (suami/istri) yang berjiwa besar, setia membersamai dalam kesabaran dan ketaqwaan. Dan semoga kita bisa menjadi sosok yang juga berjiwa besar, setia membersamai dalam kesabaran dan ketaqwaan bagi pasangan kita masing-masing. Aamiin.


~Wenny Pangestuti~


Sumber Foto : google.com