“…Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri…”
(TQS.
Ar-Ra’d [13]: 11)
Bukan tanpa sebab saya mengawali tulisan ini dengan
penggalan ayat di atas. Tak lain sebagai sesama muslim mengingatkan bahwa
pentingnya berusaha. Karena tanpa berusaha, segala impian hanyalah angan
kosong.
Pergantian tahun menjadi momentum pas bagi seseorang
untuk merefleksi diri tentang capaian-capaian yang telah ia lalui di tahun
sebelumnya dan yang akan ia raih di tahun mendatang. Begitulah hakikat
kehidupan, tak lepas dari yang namanya perubahan. Disadari atau tidak,
diinginkan atau tidak, yang namanya perubahan itu pasti ada. Tinggal kita yang
memilih apakah memilih perubahan yang terjadi sendiri tanpa usaha kita atau
perubahan terencana dengan usaha kita. Semua pilihan ada pada diri kita
sendiri. Coz life is choice.
Sebagai wanita yang masih berusia 25 tahun hingga 13
Juni 2017 nanti, to the point saja #Resolusiku2017 Yang Paling Ingin Saya
Wujudkan adalah M-E-N-I-K-A-H. Saya punya harapan di usia 25 tahun saya
sudah menikah. Walaupun memang masalah kematangan, masalah usia ideal itu
relatif, tergantung kepribadian masing-masing orang, saya pikir di usia
sekianlah saya insyaAllah mempunyai kesiapan dan kematangan untuk menikah.
Rencana ini sudah tertulis dalam Yearly Planning yang pernah saya buat di akhir
tahun 2013 silam. Saat itu saya membuat perencanaan dalam lima tahun mendatang.
Saya menuliskan pada tahun 2017 bahwa “InsyaAllah saya siap dan matang untuk
menikah”.
Life Mapping yang pernah saya buat di akhir tahun 2013 |
Kenapa menikah?
Karena saya ingin membangun keluarga impian saya; memiliki partner hidup yang membersamai
dalam kebaikan;
melahirkan generasi Islami yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah dan menjadi salah
satu satu pahala yang tak akan terputus saat saya meninggal nanti.
Lalu apa
yang harus saya lakukan untuk mewujudkannya? Terus terang saya bingung bila
ditanya sudah sejauh mana persiapan saya untuk menikah. Sebab persiapan itu
adalah proses perbaikan dan proses pemantasan itu sendiri. Saya coba menambah
wawasan dengan membaca, bertanya, atau mendengar cerita dari mereka yang telah
lebih dulu menikah.
Referensi buku pernikahan yang saya miliki |
Sebenarnya di tahun 2016 gaung menikah dan menikah
begitu bising di telinga saya. Selain
pertanyaan yang tak usai dari
orang-orang ‘kapan menikah?’, baik dengan nada serius atau bercanda, saya sendiri
kerap merasakan kegelisahan itu sendiri. Saya coba menghibur diri saya sendiri
bahwa ini bukan-lah masalah besar. Bukankah jodoh hal yang sudah pasti dari
Allah, sesuatu yang kerap dikhawatirkan, tetapi seharusnya tidak perlu
dikhawatirkan. Karena ada perkara yang harusnya dikhawatirkan, tetapi
seringkali tidak dikhawatirkan, yaitu kematian. Ya, karena bisa jadi kematian
saya-lah yang lebih mendahului dari pertemuan saya dengan jodoh di dunia. Namun, semuanya
adalah sama-sama perkara gaib yang tak bisa diterka oleh manusia, pun dengan
saya. Saya coba memotivasi diri saya bahwa yang harus saya lakukan berusaha.
Berusaha memantaskan diri untuk siap mati dan memantasakn diri untuk menjadi
bidadari kekasih hati (jodoh).
Apa yang akan menjadi rencana saya? Sebenarnya sejak
beberapa bulan yang lalu saya berencana mengikuti biro jodoh online AyoNikah.com
Tetapi, saya terhalang uang untuk aktivasi sebagai anggota. Jadi, untuk
aktivasi keanggotaan kita harus membayar uang pendaftaran senilai Rp300.000.
Selama menjadi anggota, identitas kita akan terjaga. Itu mengapa saya percaya
dan yakin ingin mengikuti program ini. InsyaAllah akan saya lakukan di tahun
2017 mendatang. Bismillah.
Mengapa harus dengan biro jodoh online? Mengapa tidak meminta bantuan orang tua, teman atau saudara,
tokoh agama yang dikenal? Saya juga berteman kok secara offline dengan siapa pun. Saya pikir itu tidak perlu dibahas lebih jauh. Semuanya bermuara pada
satu kata, yaitu B-E-R-U-S-A-H-A.
Jujur, sebenarnya saya malu juga membahas ini
apalagi sampai dikutsertakan pada giveaway. :-) Saya membutuhkan
dukungan, masukan, dan doa dari para pembaca. Terima kasih.
Dengan atau tanpa usaha mungkin bisa
saja seseorang tetap mendapatkan hasil yang sama. Namun, tetap akan ada yang
berbeda, yaitu rasa. Rasa menikmati hasil yang sama dengan usaha tak kan sama
dengan rasa menikmati hasil yang sama tanpa usaha. Karena tanpa usaha, rasa tak
kan sama.
~Wenny
Pangestuti~