April 10, 2017

Kontemplasi Sunyi-Sendiri


Perjalanan kali ini terasa lebih baik, nyaman, dan menenangkan dibanding sebelum-sebelumnya. Kereta sore kala itu terasa lengang, sepi penumpang. Bahkan biasanya ada satu atau dua orang duduk di sampingnya, kali ini tak seorang pun.  Benar-benar seperti perjalanan privasi bagi Rara.

Ia menikmati pemandangan senja dari balik jendela sambil menyandarkan bahu dan kepalanya di dinding kaca jendela tersebut. Ia hanyut dalam kontemplasi pikirannya. Segala macam pemikiran dan kenangan bercampur aduk dalam benaknya. Tak tahu mana yang benar-benar difokuskan. Bertebaran.

Baginya, cukuplah kesempatan membiarkan ia sendiri tanpa diusik. Beristirahat sejenak dari hingar bingar kehidupan, gelak tawa orang-orang, cecaran kata tanya dari teman, apapun itu. Stop! Ia ingin dibiarkan sendiri, mengistirahatkan jiwa dan pikirannya. Anggaplah ia ingin men-charge energi dalam dirinya.

Hari ini untuk sepersekian jam biarlah waktu menjadi miliknya, bersama kesendirian. Tanpa usikan. Menghayati kontemplasi sunyi yang harmoni. Biarkan ia sendiri.

Sendiri.


~Wenny Pangestuti~

NB:
Kon-tem-pla-si (n): renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh

Ber-kon-tem-pla-si (v) : merenung dan berpikir dengan sepenuh perhatian