“Pertemuan
itu kadang memberikan kebahagiaan. Namun, juga tak sedikit menyisakan
kesedihan. Dimana ada pertemuan, di situlah akan ada perpisahan.
Saat
kaki-kaki kita menjejak pada tanah yang sama, ada tawa, canda, duka, dan tangis
bersama. Kini ketika masing-masing kaki kita menjejak pada tanah yang berbeda,
kita bernafas dengan atmosfir yang berbeda, kita berada dalam pola masing-masing.
Ku di sini dan kau di sana.”
Sekitar
10 tahun silam ada tawa, canda, amarah, dan sedih dari enam gadis remaja. Layaknya
remaja seusianya, hidup mereka dilingkari dengan aktivitas belajar,
persahabatan, dan cinta. Masing-masing memiliki gema harapan di hati
sanubarinya. Kelulusan menjadi awal terbukanya gerbang mereka masing-masing
untuk melanjutkan pengembaraan ilmu. Di situlah mereka harus melangkah pada
alur-alur yang tak lagi serupa.
Kini
ketika 10 tahun telah berlalu, masing-masing telah menjadi ‘orang’ entah apakah
sesuai atau tidak dengan gema harapan mereka. Namun, yang jelas mereka telah
mengantongi cerita, pengalaman, dan pelajaran hidup masing-masing.
Kini
kulihat mereka: Riza menjadi dokter seperti yang ia cita-citakan; Azmy yang
tengah studi Profesi Pendidikan Guru; Rizka menjadi Sarjana Hubungan
Internasional yang mengantongi ilmu politik dan ideologi; Vivi yang berkiprah
dalam dunia perhotelan di Dubai sana; dan Ayu menekuri ilmu Pendidikan Agama
Islam usai menempa diri di Pondok Pesantren Gontor. Lalu aku? :-) Aku hanya bisa mengatakan bahwa
tanpa mantel Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi, atau pun SM3T (Sarjana
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), aku mendaulatkan diri menjadi
Pengajar Muda Inspiratif untuk adik-adik di desa kampung halaman orang-tuaku. Aku
menjadi sarjana yang ‘Down to Earth’
(seperti judul lagu Justin Bieber) di desa.
Mungkin
dalam upaya mengejar mimpi, ini masihlah episode yang dini bagi kita semua.
Masih banyak episode yang harus kita lalui untuk menyempurnakan cerita terbaik
masing-masing. Maka, selamat berekspedisi mengejar mimpi-mimpi untuk kita
semua.
Sebagai
akhir dari tulisan ini, kukutipkan sebuah lirik lagu yang mewakili cerita kita.
Lagu ini juga kutujukan pada teman kuliahku, Ana, yang sekarang tengah
mengembara, menebar inspirasi di bawah mantel SM3T di Pulau Sulawesi, yang
tetap setia menghubungiku dan saling berbagi cerita terbaik.
Tiada kata yang dapat kuucap
saat kau pergi
Ku hanya diam menatap langkahmu
meninggalkan kita
Walau berat di hati tak apa
Karena ku tahu
pasti ada tantangan yang berat
di setiap perjalanan yang hebat
Tak kan berakhir di sini
Semuanya akan jadi lebih baik
Walau kita tidak lagi
berlari bersama lagi
Tetapi, doaku ini selalu untukmu
Sampai suatu hari nanti
kita kan bersama lagi
berbagi cerita terbaik dari hidup ini
[Dinyayikan
oleh CJR dengan judul Lebih Baik]
~Wenny Pangestuti~
2 comments :
saya juga kadang sedih mengingat masa lalu
yang dulunya dekat sekarang entah dimana :)
assalamualaikum :)
Post a Comment