Sebenarnya saya sedih. Tapi mau
bagaimana lagi. Semua ini memang kesalahan saya sendiri.
Ceritanya,
laptop saya mengalami masalah dengan baterainya. Ketika di-charging baterainya masih dan selalu menunjukkan 0%
available (plugged in, charging) berapa pun lamanya. Ketika charger dilepas, laptop juga tak
menyala. Ia akan menyala hanya jika di-charging. Sedih. Pengalaman
pahit yang kedua kalinya setelah dulu pernah terjadi pada laptop adik saya.
Saya coba
mengingat-ngingat kesalahan apa yang telah saya lakukan pada si laptop. Saya menduga
terakhir kali menggunakan laptop dalam keadaan low battery. Saya matikan
laptop karena ada kepentingan lain dan saat itu tak segera saya charging. Dan keadaan itu berlangsung
agak lama. Saya tak menggunakan laptop dalam kurun waktu lama dan juga tak
punya niatan segera men-charging
laptop meskipun tidak memakainya. Jadi, mungkin perlakuan inilah yang membuat
laptop saya benar-benar dalam keadaan baterai 0% dan tak berfungsi lagi untuk
di-charging. Apesnya lagi, jenis
baterai laptop saya ini adalah baterai tanam, yg tidak bisa dibongkar pasang seenaknya. Semakin sedihlah saya.
Ketika kita tak mampu merawat barang
kita dengan baik, sakitnya tuh tak jauh berbeda dengan sakitnya patah hati.
Pertama
mengetahui keadaan menyedihkan ini, saya benar-benar terluka. Ingin menangis
tak mampu meneteskan air mata. Hanya penyesalan. Mengingat usia laptop ini dari
pertama saya membelinya masih sekitar 2,5 tahun. Lagi, saya membelinya dengan
uang gajian saya sendiri. Jujur, ini bisa dikatakan pertama kali saya membeli barang di atas 1 juta dengan uang
sendiri. Benar-benar patah hati.
Rasanya
setiap melihat laptop ini sekarang, hati saya sakit. Akhirnya, saya menaruhnya
di dalam lemari agar tak sering terlihat oleh mata saya. Baru sekarang ini saat
saya menggunakannya untuk mengetik tulisan ini saya membukanya kembali sambil
menyediakan hati yang lapang, menerima
akibat dari kelakuan saya. Melawan rasa sedih dan sakit itu. Mensyukuri hal
yang masih bisa disyukuri bahwa
laptop ini masih bisa digunakan walaupun
sekarang bergantung pada charger. Tidak
masalah. Boleh sedih, tapi tak berlarut-larut. Ku harus move on.
Saya gak
terlalu paham dunia IT. Jadi, saya juga bingung apakah laptop ini masih ada
harapan diperbaiki. Jika iya, bagaimana prosesnya. Saya terlalu pusing untuk
mencari info lewat Google. Barangkali dari pembaca ada yang paham, bisa memberi saran, terima kasih. Sebagai info, merk laptop saya
adalah Asus. Lebih detail wujud dan deskripsi produknya saya tampilkan dalam
bentuk gambar.
~Wenny Pangestuti~
1 comment :
Sejak kapan mbak laptopnya bermasalah? jangan asal dibawa di tukang servis ya! jangan sampai kejadian kaya punya ku kemarin terulang. kalau boleh ngasih saran, mending bawa ke tukang servis yang bisa dipercaya. aku tau ada tempat servis yang cukup bisa dipercaya, ada di rogojampi sama genteng. kalau rogojampi aku pernah nyobain dan memang kerjaannya rapi + bagus. kalau di genteng hanya sekadar rekomendasi. kalau sampean mau, aku bisa tanyakan ke salah satu guru IT Manbaul Falah, syaratnya laptop sampean bawa trus dilihat kondisinya sama beliau. ini menghindari kecurangan dari tukang servis yang seenak jidadnya. beliau bukan tukang servis hanya guru IT yang membantu periksa kondisi laptopnya untuk kemudian dianalisa. sehingga saat diservis sampean ndak ketipu. kalau tertarik wa aja mbak, biasanya beliau bisa ketemunya di warung depan SMK Manbaul falah hari senin dan rabu.
Post a Comment