Ada beberapa profil pasangan suami istri (pasutri) yang
kutemui di kehidupan nyata yang sudah cukup lama membina rumah tangga. Namun,
ada satu hal yang kurang. Mereka belum dikaruniai buah hati. Padahal sebenarnya
mereka juga tidak menunda-nunda program punya anak. Mereka juga berharap diberi
buah hati.
Awalnya, melihat fakta ini aku kasihan. Kelihatannya
sepele. Tetapi ketika aku mencoba berempati, menempatkan diri bila ada dalam
posisi demikian, sungguh hal itu tak bisa dianggap mudah. Tak bisa dipungkiri
rasa gelisah ada mungkin, walaupun bentuk perwujudan setiap orang berbeda. Ada
yang menyikapi dengan sikap yang kelihatan kecewa. Ada yang tetap bersikap
tenang.
Salutnya aku adalah ketika melihat pasutri yang tetap
harmonis dan setia membersamai menghadapi ujian tersebut. Mereka tetap memilih
tetap bersatu, tetap bersama, dan saling setia ketika pernikahan mereka
dihadapkan pada masalah belum dikaruniai buah hati. Mereka tetap memilih
bersabar menghadapi komentar-komentar miring dari masyarakat kok belum hamil-hamil, kok belum punya anak, apa mandul, kasihan ya.
Ada kisah nyata, seorang dosen –perempuan- kenalan kakak
tingkat kuliah saya, yang pernah telah bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Namun,
akhirnya usaha dan penantian
lama itu berbuah hasil, beliau dan suaminya dikaruniai anak laki-laki. Saat
saya diajak bersila-ukhuwah ke rumahnya, kelihatannya ibu tersebut sudah tidaklah
muda. Anaknya masuk usia balita. Aku salut dengan kesetiaan masing-masing
keduanya, ya ibunya, ya suaminya. Saya lihat suaminya masih kelihatan gagah.
Bisa saja lho beliau –suami- kalo mau nikah lagi demi mendapatkan buah hati.
Tetapi, beliau memilih tetap setia, tetap saling membersamai, mendukung, dan menguatkan
dalam menghadapi ujian tersebut bersama. Hingga akhirnya, kesabaran mereka berbuah
hasil dengan hadirnya putra laki-laki yang tampan.
Ada juga, pasutri yang masih saudara dekat dengan saya.
Mereka sudah menikah saat saya mungkin usia sekolah dasar. Namun, hingga
sekarang belum dikaruniai buah hati. Alhamdulillah sampai sekarang pernikahan
mereka masih tetap utuh. Mereka tetap memilih bersama, walaupun pernah saya
dengar kondisi keluarga mereka dilanda masalah lain, lebih tepatnya istrinya.
Alhamdulillah, suaminya tetap memilih setia membersamai dan mendampingi
istrinya menyelesaikan masalah yang dihadapi. Padahal sang suami masih
kelihatan ganteng dan gagah, bisa saja lho dia kalo mau cari wanita lain demi
memperoleh keturunan. Tetapi ia memilih tetap setia.
Sungguh, pasutri yang dihadapkan ujian belum diberi buah
hati ketika pernikahan mereka telah berusia lama, bahkan mereka sudah berusaha
banyak hal untuk meraihnya, tetapi belum membuahkan hasil
dan mereka tetap memilih setia membersamai, saya sungguh salut. Karena ujian
seperti itu bukan hal yang mudah dan setiap orang bisa melaluinya dengan sabar
dan tetap positive thinking. Apalagi
bila ujian tersebut ditambahi dengan komentar-komentar kurang mengenakan dari
mulut orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
maksudnya tidak menyinggung hingga yang beneran menyindir. Sungguh, saya bisa
merasakan bahwa hal semacam itu bukanlah hal yang mudah dilalui oleh setiap
orang meskipun saya sekarang ini masih single.
Bisa ngerasain.
Tapi, saya mengingat-ngingat kembali teladan yang pernah
ada dalam sejarah Islam mengenai masalah ini. Bukankah masalah seperti ini juga
pernah menerpa sosok Nabi Ibrahim alaihissalam?
Bukankah juga masalah ini pernah dihadapi oleh Nabi Zakariyyaa alaihissalam?
Benar begitu? Dan, apa yang terjadi? Nabi Ibrahim dan ibu Sarah tetap saling setia
membersamai dalam kesabaran dan positive
thinking terhadap Allah. Usia kian menua. Secara logika sepertinya sudah
tidak mungkin lagi punya anak. Tapi, Maha Besar Allah, ketika Allah telah
bekehendak kun faya kun, segalanya bisa
terjadi walaupun logika manusia sulit menalarnya. Nabi Ibrahim dan ibu Sarah
akhirnya dikarunia anak walaupun usia mereka sudah tua.
69. Dan
sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim
dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat." Ibrahim
menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan
daging anak sapi yang dipanggang.
70. Maka
tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh
perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata:
"Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang
diutus kepada kaum Luth."
71. Dan
isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan
kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir
puteranya) Ya'qub.
72. Isterinya
berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal
aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah
tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."
73. Para
malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah?
(Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai
ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
(Terjemahan Qur’an Surah Huud [11]:69-73)
Begitu pula halnya kisah yang dihadapi Nabi Zakariyyaa.
Sama.
2. (Yang
dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariyyaa,
3. yaitu
tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
4. Ia berkata
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya
Tuhanku.
5. Dan
sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku
adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang
putera,
6. yang akan
mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya
Tuhanku, seorang yang diridhai."
7. Hai Zakariyyaa, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah
menciptakan orang yang serupa dengan dia.
8. Zakariyyaa berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak
bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri)
sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua."
9. Tuhan
berfirman: "Demikianlah." Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di
waktu itu) belum ada sama sekali."
(Terjemahan Qur’an Surah Maryam [19]: 2-9)
Jadi, sebesar apapun ujian yang menerpa, jika manusia
tetap memilih berusaha menghadapi masalah dengan sabar dan positive thinking kepada Allah, insyaAllah segalanya dapat dilalui
dengan mudah, ringan, tanpa beban. Pertolongan Allah selalu ada bagi
hamba-hamba-Nya.
Terakhir dari tulisan saya, semoga kita dikarunia
pasangan (suami/istri) yang berjiwa besar, setia membersamai dalam kesabaran
dan ketaqwaan. Dan semoga kita bisa menjadi sosok yang juga berjiwa besar, setia membersamai dalam kesabaran dan ketaqwaan bagi pasangan kita masing-masing. Aamiin.
~Wenny Pangestuti~
Sumber Foto : google.com
5 comments :
ini kriteria nyari pasangan yang harus ada kayaknya ya wen
Iya, Nin.
Aamiin, semoga Allah memberikan yang terbaik.
haloooo :D
Saya pun termasuk ke dalam golongan pasutri yang wenny tulis, rasa kecewa, marah dan pertanyaan "why us?" tentunya pernah ada tapi seperti yang wenny tulis bahwa ujian ini ujian tingkat tinggi, ujiannya Nabiyullah yang tidak semua orang diberikan 'nikmat' ujian ini, jadi... cara yang paling ampuh adalah nerimo kalau kata orang Jawa karena nanti akan ada suatu waktu di mana kita bersyukur kalau tidak semua keinginan kita diijabah di dunia alias disimpan sebagai kado di akhirat nanti, aamiin...
ps: tp teteuup kepengen dan terus ikhtiar hehehe
Post a Comment