Ini adalah
tulisan sekitar dua tahun silam, yang sebelumnya tersimpan rapi di draft
blog.
from Google |
Lebih lanjut, dengan sistem pelayanan kereta api yang baru, naik kereta api lebih tenang dan nyaman selama perjalanan. Karena semua penumpang mendapat tempat duduknya sendiri, sehingga tidak akan dijumpai pemandangan berdesak-desakan seperti yang masih terjadi pada transportasi bus.
Di sisi lain, tetap terasa ada yang kurang bila dibandingkan dengan sistem lama. Dengan sistem yang baru ini, tak lagi dijumpai berlalu-lalangnya pedagang asongan di dalam kereta, begitu pula para pengamen sehingga suasana di dalam kereta lebih hening. Kesiapan penumpang sendirilah untuk membawa camilan dari rumah karena selama di dalam kereta tak akan ada makanan yang bisa dibeli. Padahal sensasi naik kereta api selama ini bagiku adalah ada beragamnya pedagang asongan yang menjajakan dagangannya. Dari sini muncul pertanyaan pada diri saya sendiri, “Kemana ya sekarang nasib para pedagang asongan tersebut?” Kehilangan.
Sensasi lain yang hilang adalah keberadaan pedagang Nasi Pecel Garahan di Stasiun Garahan. Jika kita naik kereta api rute Jember-Banyuwangi kita akan melalui Stasiun Garahan. Garahan terkenal dengan kuliner nasi pecelnya yang pedas. Pada sistem yang lama, para penumpang akan berame-rame merapat ke arah jendela atau pintu gerbong ketika kereta hampir mendekati Stasiun Garahan. Mereka rame-rame membeli Nasi Pecel Garahan yang dijual para ibu yang telah stand by di stasiun tersebut dengan tampah-tampah yang telah berisi sejumlah pincuk Nasi Pecel Garahan. Dulu dengan Rp2000,- kita sudah mendapat satu pincuk nasi, tapi sekarang sepertinya sudah naik harganya. Isinya sederhana sebenarnya. Sayuran, lauk tempe, nasi, kerupuk, dan taburan bumbu pecelnya. Yang istimewa dari Nasi Pecel Garahan adalah bumbunya yang pedas. Lebih istimewa lagi kalau makannya di dalam kereta. :)
Namun, dengan sistem yang baru sekarang ini, ibu-ibu penjual nasi pecel tidak boleh berdiri di sekitar rel sehingga bagi para penumpang yang ingin membeli nasi pecel tersebut harus turun dari kereta. Sudah kedua kalinya naik kereta api dengan sistem pelayanan baru, dua kali itu pulalah aku tidak membeli Nasi Pecel Garahan seperti biasanya. Pertama, karena aku naik kereta api sendiri tanpa partner, aku malas mau beranjak untuk turun dari kereta. Kedua, karena aku naik kereta kali ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Masak iya aku mau beli dan makan Nasi Pecel Garahan saat itu juga. He aku kan puasa. :)
Hal lain yang membuatku senang naik kereta api dua kali ini adalah aku berangkat awal dari Stasiun Jember. Sebelum-sebelumnya saat bapak belum pensiun dan keluarga kami masih tinggal di Tanggul, aku biasa naik kereta dengan transit awal atau akhir Stasiun Temuguruh dan Stasiun Tanggul. Namun, sekarang Stasiun Jember dan Stasiun Temuguruh. Aku terkesan dengan Stasiun Jember karena menurutku stasiun tersebut paling bagus dibandingkan stasiun-stasiun lainnya sepanjang rute Jember-Temuguruh. Selain itu, stasiun tersebut terasa teduh. Sebenarnya aku ingin memotret beberapa sudut bangunan stasiun tersebut. Tetapi apalah daya aku tidak punya kamera ataupun HP yang dilengkapi kamera. Sebenarnya sudah dua kali aku mencoba meminjam kamera milik teman ketika akan melakukan perjalanan naik kereta api, tetapi selalu tidak dapat pinjaman. Tidak apalah. Barangkali lain kali nanti bisa.
Inilah
sepenggal cerita tentang aku, perjalananku, dan kesanku akan kereta api dengan
sistem pelayanan barunya. :)
~Wenny
Pangestuti~
16.30 WIB
di dalam kereta api
yang sedang transit
di Stasiun Glenmore
29/06/2014
No comments :
Post a Comment