from Google |
me: “Assalamu’alaikum..
pak, bu, q bsk
mau
pulkam ya k bwi..?”
27-Okt-2014 17:24:39
ibu: “ya ko nk ws budal
smso”
27-Okt-2014 18:26:15
me: “Pak, bu, bsk insya
Allah q naik
kreta
pagi brgkt 5.10.”
27-Okt-2014 18:57:38
bapak: “Ok
yg penting klo
hmpir sampai St.
T
guruh beri kbar.”
27-Okt-2014 19:40:30
Aku tidak tahu harus berkata apa.
Mungkin ini terlihat sederhana, tetapi keduanya sering membuatku menangis.
Menangis karena cinta. Karena aku belum dapat menjadi siapa-siapa selain
seperti sekarang.
28/10/2014, 23:22 WIB
***
Pukul 05.10an aku melaju dengan Kereta
Api Pandanwangi. Ini pengalaman pertamaku naik kereta api di pagi hari dari
Jember menuju Banyuwangi. Biasanya aku memilih jadwal keberangkatan sore
sekitar pukul 14.45. Perjalanan pagi ini diiringi dengan sinar mentari yang
kejingga-jinggaan. Embun pagi melatari atmosfir alam. Semuanya terlihat teduh
dari balik jendela kereta api ini.
Diawali dari keberangkatanku tadi dari
tempat kos yang berlokasi di Jalan Jawa VI pada pukul 04.33 WIB dengan berjalan
kaki. Langit masih bersuasana temaram. Udara dingin, namun segar yang
bersahabat. Jalan-jalan masih lengang. Satu dua tiga sepeda motor berkeliaran.
Ada pedagang yang bersiap memulai aktivitas mencari nafkahnya. It was interesting. I never knew this experience and condition. I enjoyed my challenge just now. Walaupun tas di punggung lumayan
berbobot, itu tak menjadi masalah. Alhamdulillah, aku diberi kesehatan dan
kekuatan fisik.
Dengan kecepatan yang sudah kuatur
sedemikian rupa, -tidak terlalu lambat,
juga tidak terlalu cepat, alias sedang-, aku berhasil sampai di Stasiun
Jember sekitar pukul 05.00. Alhamdulillah sekaligus fiuhh lega! Akhirnya, aku
telah sampai tepat pada waktunya. Lumayan, kurang lebih 30 menit menyusuri
Jalan Jawa, Jalan Bengawan Solo yang berputar-putar dan menanjak.
Kereta pagi ini cukup lengang. Aku duduk
sendiri di areaku. Baru saja sudah melalui Stasiun Kalisat. Sebelumnya, ada sedikit
keributan oleh para petugas kereta api, yang merusak kedamaian pagi ini dengan sumpah
serapah.
Naik kereta api memang tak tergantikan
suasananya. I’m enjoying.
05.40 WIB, tempat duduk K3 7D KA
Pandanwangi
***
Kereta api bersiap melaju dari Stasiun
Kalibaru. Baru beberapa menit yang lalu aku menyantap sarapanku. Nasi Pecel
Garahan. Setelah beberapa kali naik kereta api rute Jember-Banyuwangi, akhirnya
aku beli juga Nasi Pecel Garahan. Tadi aku turun dari kereta. Alhamdulillah,
dengan uang Rp5000 aku mendapat satu bungkus Nasi Pecel Garahan dan satu
bungkus peyek.
Menu Nasi Pecel Garahan sebenarnya
sederhana. Satu pincuk nasi, satu buntelan plastik sayur genjer dan manisa,
satu buntelan plastik bumbu pecel dan dua buah kerupuk. Just them! Tidak ada lauk tempe atau tahunya. Semua itu dihargai
Rp3000,-. Sedangkan peyeknya Rp2000,-.
Dan aku masih sendiri di areaku. Aku
cukup menikmati. Ini perjalanan naik kereta api yang lain daripada sebelumnya.
05.47 WIB, tempat duduk K3 7D KA
Pandanwangi
***
me: “Pak, kretanya wis
nympe stasiun
glenmore..”
28-Okt-2014 06:55:45
bapak: “Ok
bpk brngkat
skrng.”
28-Okt-2014 06:57:10
Matahari telah membumbung tinggi, mulai
menawarkan terik dan silaunya, menembus jendela kereta api ini. Itu kondisi
sebelum sampai di Stasiun Glenmore. Namun, setibanya di Stasiun Glenmore langit
dengan awan agak mendung membayang.
Tinggal satu, dua, tiga stasiun aku akan
sampai. Dan aku masih sendiri di areaku berada. Baru saja petugas karcis
bertugas, memeriksa kesahihan karcis penumpang. Ternyata petugasnya adalah bapak
yang kuduga tadi bersumpah serapah.
07:04 WIB, tempat duduk K3 7D KA
Pandanwangi
***
Sekitar 07.30an lah aku tiba di Stasiun
Temuguruh, tujuan pemberhentianku. Kedatangan ini sebenarnya berjalan
terlambat. Sebab, kereta api yang kunaiki berhenti cukup lama di Staisun
Kalistail untuk menunggu tibanya kereta api dari arah yang berlawanan. Alhasil,
bapak sepertinya juga menunggu sekian menit kedatanganku. Itulah mengapa
sesampainya aku di Stasiun Temuguruh tak kudapati sosok bapak dan sepeda
motornya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, setiap aku tiba, bapak sudah siap
sedia ada di sana untuk menjemputku.
Tak berapa lama menunggu, ternyata bapak
muncul. Bapak tadi beranjak ke suatu tempat setelah menungguku lama belum
tiba-tiba. Begitulah ceritanya.
Oh iya sedari tadi aku menuliskan tempat
duduk 7D. Apakah ini nomor tempat dudukku? Bukan. Sebenarnya nomor tempat dudukku
7E. Tapi lantaran tempat areaku tak bertuan, maka aku menggeser dudukku di 7D
yang bersebelahan dengan jendela.
Inilah sepenggal kisah perjalananku naik
kereta Pandanwangi di pagi hari.
09:55, kamar depan rumah Banyuwangi
***
Setelah 5 hari 5 malam berada di rumah
Banyuwangi, mulai hari Selasa, akhirnya hari Ahad, 2 November 2014 aku beranjak
kembali ke Jember. Tentu saja masih dengan alat transportasi yang sama, yaitu Kereta Api Pandanwangi.
Aku mulai berangkat dari rumah pukul
10.00an, diantar oleh bapak naik sepeda motor. Sampai di Stasiun Temuguruh
sekitar pukul 10.30an. Selama perjalanan menuju ke stasiun, bapak menjelaskan
keberadaan fasilitas pendidikan di Kecamatan Songgon, Desa Sragi. Bapak juga
menjelaskan batas-batas desa di sekitar sana. Bapak ibarat pemandu perjalanan
yang menjelaskan ini dan itu dan aku menjadi pendengar setia yang baik.
Di stasiun, sembari menunggu pemeriksaan
karcis dan datangnya kereta, bapak mengajakku ke warung, membelikan minuman dan
makanan ringan. Aku hanya membeli satu botol ukuran sedang air mineral Aqua dan
satu bungkus roti. Aku tidak ingin merepotkan bapak terlalu. Di menit-menit
terakhir keberangkatan, bapak tak luput memberikan petuah-petuahnya kepadaku.
Pukul 11.00an Kereta Api Pandanwangi
tiba di Stasun Temuguruh. Semua penumpang yang telah menunggu bergegas naik ke
atasnya. Lagi-lagi aku mendapat tempat duduk di Gerbong 3. Ternyata Gerbong 3
cukup padat. Beberapa penumpang tidak mendapatkan nomor tempat duduk. Setelah
semua penumpang telah naik, kereta tak kunjung berangkat dalam waktu yang cukup
lama. Kulihat bapak masih setia menanti di stasiun, menunggu keberangkatan
keretaku. Bapak memang selalu seperti itu, tidak akan beranjak meninggalkan
stasiun sampai kereta yang kutumpangi berangkat.
Ternyata Kereta Api Pandanwangi tak
kunjung berangkat karena masih menunggu kedatangan Kereta Api Probowangi dari
arah berlawanan. Ketika Kereta Api Pandanwangi mulai berangkat, kulihat ke arah
stasiun, tetapi tidak bisa karena terhalang badan Kereta Api Probowangi. Aku tidak bisa melihat
bapak yang masih ada di stasiun. Sedih.
03/11/2014, 06:09 WIB, kamar kos
Jalan Jawa VI
~Wenny
Pangestuti~
8 comments :
hallo mbak wenny, seneng ketemu blogger dari Banyuwangi. Waduuh, saya suka kesana (Songgon) tapi baru kali ini ketemu blogger asal sana.
hug-hug!
Iri rasanya punya ayah yang begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Jadi penasaran nasi bungkusnya.
Iya.. Ayah mbak Weny perhatian banget.. :-)
tahun ini aku cuma mobil pakai mobil nggak pake KA atau pesawat wenn
mohon maaf lahir batin ya :)
selamat idul fitri
Baca ini jadi ingat ayah sendiri, atau yang saya panggil bapak 😊 Perhatiannya mungkin tak senampak ibu dan cenderung tersembunyi. Tapi yang begitu itu yg buat tersentuh. Semoga ayahnya sehat-sehat terus ya mbak 😊
mohon maaf lahir batin juga ya wen :)
selamat idul fitri
nice piece..so touchy..
kapan-kapan naik keretnaya sampai Jakarta ya nanti kita ketemuan
Post a Comment