11 Oktober 2014 bertepatan dengan
hari Sabtu, aku pindah kos dengan masih membawa rasa yang agak terusir dari
kos-an lama. Belum pernah kumengalami ini sebelumnya. Ingin menangis, namun
sedapat mungkin kutahan. Tak tahu harus mencurahkan isi hati pada siapa selain
hanya pada Allah. Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersimpan di balik isi
hatiku.
Aku pindah membawa tanda tanya
bagaimanakah kehidupanku kelak di kos-an baru. Sesampainya di sana, aku sudah disambut
keresahan dengan fasilitas yang ada. Listrik kamarku yang belum berfungsi
sehingga aku tidak bisa membayangkan apa jadinya malam itu aku tanpa dukungan
listrik. Lalu kondisi kamar mandi yang kurang bersih sehingga aku pun
membayangkan ketahanan batin yang bagaimanakah aku harus jalani selama tinggal
di sini. Ditambah informasi mengenai kondisi air yang sempat mengalami gangguan
dengan kapasitas keberadaannya.
Aku pun bertanya pada diriku
sendiri, terlalu cepatkah aku mengambil keputusan untuk kos di sini. Hal ini
bersamaan dengan sms adik angkatan yang memberikan informasi yang terlanjur
terlambat, bahwa di tempat kosnya sebenarnya masih ada kamar kosong. Mungkin di
sana jauh lebih baik. Harga mungkin lebih murah. Listrik, kamar mandi, dan air
mungkin tak seperti di sini dan lebih baik. Namun, nasi telah menjadi bubur, tak dapat diubah lagi menjadi beras alias
terlambat sudah.
Kutepis pikiran sesal telah
mengambil keputusan kos di sini. Ini sudah pilihanku. Ini juga masih hari
pertama. Jangan terlalu cepat mengeluh. Jalani dulu. Aku tak kan pernah tahu
apa yang akan terjadi esok-esok. Syukuri dulu apa yang ada.
~Wenny Pangestuti~
15/10/2014
02.44 WIB
Kamar kos, Jl. Jawa VI
No comments :
Post a Comment