June 17, 2017

Bebas [The Real Human, without Gadget]


Sudah lama tidak begini. Menulis diary di pagi hari. Semua terkesan berubah. Keberadaan smartphone mengubah segalanya, memasung kreativitas dan imajinasi, bahkan mencuri kesibukan.

Generasi terdahulu dengan generasi terkini amat berbeda. Miris. Bahkan lebih baik yang terdahulu walau tak tersentuh teknologi canggih.

Komunikasi terdahulu dengan komunikasi terkini pun berbeda jauh. Dulu, terpisah lalu berkomunikasi kembali adalah anugerah yang membunga-kan hati. Kini, generasi tidak menghargai kemudahan komunikasi. Bahkan rindu kian tak berarti. Hati menjadi dingin. Respon kurang berkenan di hati.

Miris. Sedih. Sekaligus merasa kehilangan sesuatu. Kehangatan. Rasa syukur atas kesederhanaan. Quality time dengan orang-orang yang berharga di hati. Hilang. Nyaris musnah.

Apalah arti semua. Apalah arti smartphone. Bila dengan kemudahannya, tak memberi arti apa-apa, selain jiwa dan pikiran yang sakit. Sakit.

Mendamba kebebasan dengan semilir angin kesegaran, yang membasuh jiwa yang kian terpenjara oleh kukungan dunia maya.

Biarlah lepas sejenak atau bahkan lebih lama tanpa pautan hati dunia maya.

Duniaku.. dunia nyata lebih bahagia, bahkan indah. Dengan hangatnya sinar mentari sebelum pukul 09.00. Atau teduhnya suasana dengan aroma khas tanah basahnya pasca hujan. Mendengar simfoni alam dari nyanyian-nyanyian ternak di pagi hari. Ayam, bebek, atau kicauan burung sang pengembara. Tidak peduli comment dan like. Tidak peduli scrolling. Tidak peduli stalking.

Aku bebas. Menjadi manusia nyata. The Real Human, without Gadget.

Bebas.


~Wenny Pangestuti~

1 comment :

Ninda said...

tapi kalau lama nggak stalking pasti kangen deh :p ya nggk wen?