June 09, 2016

Cek & Ricek Cowok Shalih yang Layak Jadi Imam


Judul buku : Kalau Udah Cocok, Lanjutin Aja !
[Kriteria Cowok Shalih yang Layak Jadi Imammu]
Penulis : Iqro’ al-Firdaus
Penerbit : DIVA Press, Jogjakarta
Tahun Terbit : September 2014, Cetakan ke-1
Tebal : 208 hlm.
Harga : Rp44.000,-

Setiap cewek pasti mendambakan cowok shalih sebagai pendamping atau imamnya kelak. Pun, setiap cewek juga pengen punya pernikahan yang sempurna, langgeng, dan membahagiakan. Sudah barang tentu, perlu kesiapan diri dengan baik. Salah satunya memilih cowok yang tepat sebagai pasangan hidup.

Karena pernikahan itu serius, memilih pasangan juga perlu serius. Jangan asal nikah karena udah kebelet atau karena desakan dari orang tua maupun lingkungan. Untuk tahu apakah dia pasangan yang tepat, ya, kita perlu kenal karakteristik kepribadian calon imam kita.

Girls, kalau kita tergesa-gesa, dan ternyata pilihan kita nggak tepat, apakah kita lantas akan menggugat cerai? Kalaupun perceraian terjadi, seorang cewek akan menyandang status janda yang bawaannya lebih “menggalaukan” daripada duda.

Fatimah binti Qais bercerita, “Aku menemui Rasulullah Saw. dan bertanya, ‘(Bahwa) sesungguhnya Abu Jahm dan Mu’awiyah meminangku, bagaimana pendapatmu?‘ Rasulullah Saw. Menjawab, ‘Mu’awiyah adalah orang yang miskin yang tidak punya harta sama sekali. Adapun Abu Jahm adalah orang yang selalu sibuk bepergian.” (HR. Muslim)

Melalui hadits tersebut, Rasulullah Saw. Mengajarkan kepada kita tentang pentingnya selektif dalam memilih pasangan. Beliau sebenarnya nggak melarang Fatimah menikah dengan salah satu pria yang melamarnya.

Hanya saja, Rasulullah Saw. Hendak memberi tahu tentang kondisi mereka berdua agar Fatimah dapat mempertimbangkan dan nggak terburu-buru dalam menentukan pilihan.

Pelajaran penting dari hadits tersebut yang dapat diambil adalah (sebagai cewek) kita sebaiknya memikirkan secara matang cowok yang akan kita nikahi biar kita mendapatkan pasangan yang ideal, cocok, dan sesuai dengan kondisi kita. Sehingga saat menikah kelak, nggak menimbulkan kecewa. Selain itu, kita juga perlu punya pertimbangan yang matang, apakah kita akan mengambil keputusan untuk menikahinya atau tidak.

Nah, secara garis besar, buku ini sebenarnya berisi pertimbangan-pertimbangan. Ya, pertimbangan dalam memilih hubungan (relationship) yang tepat dan pasangan yang tepat.

Tentu, uraian (pesan) dalam buku ini bukanlah kebenaran mutlak. Penulis buku hanya ingin berbagi pengetahuan berdasarkan sumber Islam dan referensi ijtihad para ulama’ yang dia kemas dengan pemahaman yang lebih mudah dicerna.

Buku ini terbagi menjadi tiga bab. Bab 1 lebih menjelaskan alasan perlunya memikirkan dan mempertimbangkan secara matang cowok yang akan kita nikahi. Ya kurang lebihnya seperti penjelasan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Sedangkan Bab 2 lebih menjelaskan mengenai kriteria cowok shalih yang layak menjadi imam dalam keluarga. Ada sekitar 19 kriteria yang dipaparkan oleh penulis buku, mulai dari #CowokAgamis hingga #PasanganKlopDanMatching. Ada kutipan menarik dari penulis, yakni

“Tahu nggak kalau cowok shalih itu ternyata belum tentu bisa jadi suami shalih?”

Lho, maksudnya apa? Penasaran, kan?

Bab terakhir lebih menjelaskan pada cara menjemput jodoh dengan hubungan yang benar. Di sini ada subbab dengan judul yang menarik, yaitu “Nyatain Cinta kepada Cowok Shalih? Kenapa Nggak?!”

Nah, penasaran juga, kan?

Kelebihan buku ini adalah pemaparan isi yang dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Kita sebagai pembaca, seolah lebih diajak ke arah ngobrol sama penulis, daripada sekedar membaca. Setelah membeli buku ini, tanpa cas cis cus, langsung saya buka bungkusnya, dan ternyata tampilan isinya di luar dugaan. Saya kira isinya akan berupa tulisan yang padat berisi dan berwarna hitam putih saja. Ternyata, penataan tulisannya proporsional, agak renggang, dan berwarna menarik, walaupun nggak colorful banget. Selain itu, isinya tidak full tulisan semua, tetapi juga diselingi ilustrasi gambar yang menghibur. Membacanya terasa mengalir saja, nggak ada sesi mengernyitkan dahi alias ‘mumet-mumet mikir’. Nggak terasa tahu-tahu saya sudah selesai aja membacanya pas beberapa jam setelah membelinya. Biasanya, saya suka menunda-nunda menamatkan buku yang tergolong nonfiksi.

Tapi, kekurangan tetaplah ada. Namanya juga hasil karya manusia. Ada beberapa penyusunan kata yang kurang tepat. Hanya saja, itu sedikit sekali. Selebihnya, buku ini cukup memuaskan dan meninggalkan kesan bagi saya sendiri, “Nggak nyesel beli buku ini.”

Nah, buat yang belum baca, khususnya yang masih single alias belum merid, saya merekomendasikan buku ini jadi bacaan kalian. InsyaAllah bisa menjadi suplemen tambahan buat menyongsong pernikahan impian kita masing-masing.

Selamat membaca!


~Wenny Pangestuti~

4 comments :

Ninda said...

ehemmm wennyy udah nemu yang cocok kah? eh :p

Aprillia Ekasari said...

Wah bukunya bagus tu, biar gk salah pilih ya mbak hehe

Wenny Pangestuti said...

@Ninda : Belum, Nin hehehe
@Aprillia Ekasari : Betul 3x :)

Baiq Rosmala said...

semoga yang baca buku ini dengan tujuan mencari lelaki soleh segera dipertemukan dengan jodohnya, amiiin #alhamdulillahsayasudahpunyajodoh hihi