March 21, 2014

Secret Admirer



Di sawah. Budhe terlihat serius bercocok tanam. Caping menghiasi atas kepalanya, melindungi wajahnya dari terpaan sinar matahari.

Tak jauh darinya, seorang perempuan muda nampak asyik memainkan kamera digitalnya. Memotret kesana-kemari. Perempuan itu, Anjani namanya, mengambil posisi di atas jalanan, yang menjadi pembatas antara petak sawah satu dengan lainnya. Sesekali ia menoleh ke bawah untuk menghindari tanah yang becek. Pemandangan sawah dengan latar belakang pegunungan mencuri perhatiannya betul.

Tiba-tiba, “Suka motret ya?” Seorang lelaki yang nampak sebaya dengannya, telah berdiri di belakang. Bustam, sepupunya. Turut serta menemani budhe ke sawah. Menyusul ke tempat Anjani berpijak sekarang.

Anjani menoleh sekilas, lalu kembali memainkan kameranya. “Efek,” jawabnya singkat.

“Efek?”

“Iya. Efek yang berantai.”

“Efek yang berantai?”

Menyadari kebingungan Bustam akan jawabannya, Anjani berhenti dari aktivitasnya, lalu menoleh. Tersenyum sekilas. “Pertama, aku suka membaca. Dari membaca, suka menulis. Setelah menulis, ternyata tulisan akan lebih menarik jika didukung dengan ilustrasi gambar yang pas. Dari sanalah akhirnya aku suka memotret.”

Bustam mengangguk-anggukan kepala. Lalu, kembali bertanya, “Kamu suka nulis? Udah nulis dimana aja?”

“Di blog. Sesekali ikut lomba.” Anjani kembali memainkan kameranya.

“Menang?”

“Satu kali.”

“Ya bagus donk. Setidaknya kan pernah menang.”

Tiba-tiba suara tepukan tangan terdengar dari kejauhan. Terlihat budhe melambaikan tangan, pertanda mengajak mereka kembali.


***


Di rumah. Anjani tengah bersantai di depan TV bersama anggota keluarga budhe yang lain. Tiba-tiba datanglah Bustam bergabung, sambil memainkan HP layar sentuhnya. “Ni, Ni, lihat!” Bustam  menyodorkan HP-nya ke arah Anjani.

Anjani melongok sekilas, lalu berkata, “ Hmh, nggak sopan!”

“Nggak sopan?”

“Iya, nggak sopan. Baca blog orang di depan pemiliknya. Ya setidaknya pura-pura jadi secret admirer-ku gitu.”

Sesaat, mereka terdiam. Lalu, keduanya tertawa bersamaan. Budhe dan anggota keluarga lainnya saling berpandangan, heran melihat keduanya.



~Wenny Pangestuti~

No comments :