September 07, 2014

“Hallo, Bapak?”


Seharian ini aku resah. Menunggu. Aku hanya sedang menuggu satu hal. Bapak sudah di rumah. Sms itulah yang kuberharap segera muncul di layar HP-ku. Setiap kali sms datang di HP-ku, berharap nama Bapak-lah yang muncul. Tetapi semakin ditunggu, semakin diharapkan, tak jua muncul-muncul.
Pagi berganti siang. Siang berganti sore. Akhirnya nama Bapak muncul di kotak inbox HP-ku. Kubuka.

Pinjam HP temanmu
bpk mau telpon

Seketika itu aku beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar, mencari keberadaan temanku. Ternyata temanku sedang shalat Ashar. Kutunggu hingga usai. Setelah tolehan salamnya ke arah kiri, kupanggil namanya, “Mbak Fika!”
HP temanku bernomor Telkomsel sama dengan bapakku, sedangkan aku menggunakan nomor Indosat. Sehingga wajarlah jika bapak ingin menelponku, beliau memintaku meminjam HP temanku bernomor Telkomsel.
Kutunggu HP temanku hingga berdering. Lalu muncullah panggilan dari nama bapaknya ukh Wenny. Hah, gawat! Baterai HP-nya low level. Sambil tetap membiarkan HP itu berdering, aku mencari keberadaan charger HP untuk menyambung nyawa HP temanku agar bertahan hidup lebih lama ketika pembicaraanku dengan bapak berlangsung.
Terpaksa aku cabut charger dari HP temanku yang lain, yang juga tengah di-charge, kusambungkan pada HP yang tengah kugenggam. Langsung kupencet tombol hijau dan “Hallo, Bapak?”
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan teman-teman sekontrakan ketika mendengarkan aku ditelfon bapak. Yang keluar dari mulutku berulang-ulang tak lebih dari sekedar kata, “Iya...”, “Iya...”, dan “Iya...”.
Ternyata seharian menunggu sms dari bapak, berakhir tidak lewat dari satu menit. Singkat dan sangat singkat. Singkat, namun menguasai penuh isi jiwaku dengan satu kata, Sedih. Pembicaraan itu berakhir dengan kesedihanku yang airmata pun tak sudi keluar membasahai pipi, tertahan, sesak dalam dada sehingga tak seorang pun mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku.


*Ditulis 29 November 2013



~Wenny Pangestuti~