September 06, 2014

Ketika Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Orang-Tuanya


Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi.

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Hai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak menolong kamu sedikit pun?

Hai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

Hai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.

Hai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu akan menjadi kawan bagi setan.”

Bapaknya berkata, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama.”

Ibrahim berkata, “Semoga kemaslahatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhan-ku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhan-ku.”
(T.Q.S. Maryam [19]: 41-47]

Membaca ayat-ayat al-Qur’an di atas menunjukkan kepada kita bagaimana Nabi Ibrahim mendakwahkan ajaran tauhid kepada orangtuanya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa betapa pentingnya mendakwahkan kebenaran yang kita peroleh kepada orangtua kita, meskipun  antara kita dan orang tua mempunyai perbedaan pandangan, lantas tak membuat kita berdiam diri untuk tidak berusaha menyampaikan dan memahamkan mereka; atau menyampaikan dengan cara yang kurang baik, misal dengan berteriak atau membentak. Justru baik atau buruk, benar atau salah keadaan orangtua kita, sebagai anak kita tetap berkewajiban memperlakukan keluarga dengan baik dan hormat. Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim memperlakukan bapaknya ketika bapaknya menolak ajaran Nabi Ibrahim. Beliau justru membalasnya dengan mendoakan bapaknya dengan doa yang baik. Subhanalllah.

Surah Maryam ayat 41-47 mengajarkan kita keteladanan Nabi Ibrahim dalam mendakwahkan kebenaran kepada kedua orangtuanya. Pada seruan pertama, beliau mengajak berpikir bapaknya tentang perbuatannya yang salah, hanya bertaklid buta tanpa memahami tujuannya untuk apa. Pada seruan kedua, Nabi Ibrahim mengabarkan solusi yang benar kepada bapaknya dan mengajaknya untuk mengambil solusi tersebut. Pada seruan ketiga, Nabi Ibrahim memperingatkan bapaknya untuk menghindari perbuatan salahnya tersebut. Pada seruan keempat, Nabi Ibrahim menyampaikan akibat bila tetap meneruskan perbuatan salahnya. Ketika seruan demi seruan telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim, ternyata bapaknya belum juga menerima kebenaran yang dibawanya dan justru mengancam Nabi Ibrahim serta memintanya meninggalkan bapaknya. Mendapat respon demikian, tidak lantas membuat Nabi Ibrahim marah atau pun putus asa. Justru beliau mendoakan bapaknya dengan doa yang baik, doa yang mengharapkan keselamatan dan ampunan bagi bapaknya. Subhanallah..

Semoga dari penggalan ayat Qur’an ini, kita dapat mengambil ibrah bagaimana sikap kita kepada orangtua ketika terdapat perselisihan pandangan; ataupun pelajaran untuk memperlakukan orangtua dengan baik sekalipun terdapat perselisihan pandangan antara kita dengan mereka. Sebagaimana dikutip dalam surat al-‘Ankabut [29]: 8 sebagai berikut.

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Kulah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.


~Wenny Pangestuti~