October 05, 2014

Penguasa Kamar Mandi


Duk...duk...duk...! “Siapa di dalam?”
“Aku, Dek.” Mendengar suaraku saja, adik kosku sudah bisa menerka siapa ‘aku’.

“Masih lama, Mbak? Saya tiga puluh menit lagi ada jadwal kuliah.”

“Ini baru masuk, Dek.”

“Cepetan ya, Mbak.”

Huh, selalu saja seperti itu. Tidak berubah-berubah. Ia pikir kamar mandi ini punya ia seorang. Kenapa ia tak belajar dari pengalaman yang sudah berkali-kali terjadi. Begitulah, gerutuku dalam hati, melihat tingkah adik kosku itu yang seringkali senewen soal kamar mandi. Kenapa tak bermenit-menit yang lalu ia bergegas saat kamar mandi kosong tak terpakai dan selalu masuk di waktu yang amat mepet sekali dengan jadwal kuliahnya. Tak tahukah bahwa aku juga punya kepentingan di kamar mandi yang tak bisa ditunda.

Duk..duk...duk...! “Mbak, cepetan...!” Hah, dia masih setia mengantri. Padahal perutku masih mual. Kalau satu dua kali kejadian seperti ini, aku masih toleran. Tetapi ini berkali-kali, bahkan hampir setiap hari. Tak belajarkah ia dari pengalaman? Inilah masalah manusia yang sangat kubenci, tidak disiplin!

Duk...duk..duk..! “Mbak...!” Huh, baiklah, baiklah. Lalu, aku keluar dan berkata, “Dek, kamu gak usah otoriter ya sama kamar mandi. Ini kamar mandi bukan punya kamu seorang. Jadi, tolong belajar lebih disiplin lagi, OK!.” Selesai. Aku meninggalkannya yang berdiri termangu tak percaya. Lega.


~Wenny Pangestuti~ 

* Ditulis 21 Agustus 2014