Saat menjadi anak sekolahan dulu saya
mempunyai habit (kebiasaan) mencatat bagian isi yang menarik dari buku yang
saya baca. Saat ini pun sebenarnya masih, walaupun dengan intensitas yang
berkurang. Karena dengan anggapan bahwa akan memakan waktu yang cukup lama
untuk membaca sambil menulis di sela-selanya ketika menjumpai bagian isi yang menarik.
Tapi entah ini alasan yang tepat atau sekadar dalih pembenaran saya hehehe.
Termasuk buku yang saya tulis bagian isinya yang menarik
adalah How to Master Your Habits. Sebuah buku non-fiksi karya Felix Y. Siaw,
seorang trainer yang cukup populer namanya di jejaring sosial seperti twitter dan
facebook. Sudah dua kali saya membaca buku ini. Tidak membosankan, kecuali
hanya membiarkannya menjadi setumpuk teori dalam pikiran kita. Menarik dan
bermanfaat. Itulah dua kata yang bisa saya lontarkan sebagai komentar setelah
membaca buku ini, tapi sekali lagi kecuali hanya membiarkannya menjadi setumpuk
teori dalam pikiran kita. Itulah sebabnya, dalam kesempatan yang kedua kalinya
itu, terbesit dalam benak saya untuk menulis bagian isi buku ini yang menarik
dan bermanfaat sebagai pengingat saya. Selain itu, juga karena satu alasan,
yaitu saya tidak memiliki buku tersebut secara pribadi alias hanya pinjam. :)
Untuk itu, tak ada salahnya saya ingin berbagi hasil
kutipan saya di sini. Barangkali Sobat menemukan inspirasi di dalamya dan
mendapatkan gambaran mengenai isi buku tersebut. Secara lebih lengkapnya, Sobat dapat membaca
bukunya secara langsung. Selanjutnya, saya hanya bisa berkata, “Selamat
membaca!” :)
Ø Tidak perlu memikirkan apa posisi awal kita
saat ini. Karena itu tidak penting. Kita dapat menjadi apapun atau menguasai
keahlian apapun yang kita inginkan bila kita benar-benar menginginkannya,
dengan cara membiasakan dan membentuk habits pada diri kita. Menjadikan yang
luar biasa menjadi kebiasaan.
Ø Structure of Habits
Ø Genealogy of Habits
Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara
berpikir. Namun, dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu
dominan. Faktor yang menentukan apakah kita akan memilki habits hanya 2 hal,
yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan), yang tentu
saja dilakukan dalam rentang waktu tertentu.
Practise makes right, repetition makes perfect.
Ø Spiral of Habits
Marilah kita membaca nasihat Imam Syafi’i kepada siapa saja yang
ingin menguasai suatu ilmu:
“Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat
menguasai ilmu, kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: dengan
kecerdasan, dengan bersemangat, dengan kesungguhan, dengan memiliki bekal
(investasi), bersama pembimbing, serta waktu yang lama.”
Ø Why? What? How?
Memahami “What?”, “Why?” dan “How?” akan melejitkan amal ibadah seorang Muslim.
Seseorang yang memahami kenapa dia harus berbuat akan mempunyai daya dorong yang kuat dalam melaksanakan perbuatannya, dan ketika dia memahami apa yang diinginkannya, maka hal itu akan menjadi daya tarik baginya.
Untuk membentuk habits baru, maka kita harus melakukan practice dan
repetition selama 30 hari berturut-turut secara konsisten, tanpa ketinggalan
satu hari pun. Karena habits berarti pembiasaan, dan pembiasaan memerlukan
konsistensi.
Secara umum, ada 3 milestone yang dapat kita jadikan panduan dalam
membentuk habits. Para pakar mengatakan begitu juga dari ditunjukkan
pengalaman-pengalaman orang banyak, bahwa bila suatu aktivitas dilakukan secara
konsisten dan kontinyu dalam 30 hari, maka habits baru telah terbentuk. Hanya
saja habits baru ini masih rapuh dan keinginan untuk kembali pada habits lama
lebih besar daripada melanjutkan habits baru.
Milestone kedua terletak pada 3 x 30 hari, dimana habits baru yang
dibentuk akan lebih kuat, dan keinginan untuk melanjutkan habits baru akan sama
kuatnya sebagaimana kita ingin kembali pada habits yang lama.
Ketiga, 10 x 30 hari atau satu tahun, insya Allah habits yang kita
bentuk telah solid dan menjadi program yang hampir permanen, otomatis terjadi
pada diri kita seperti gerak refleks.
ØFrom Lame to Fame
Habits adalah membiasakan yang pada awalnya dilakukan secara sadar menjadi melakukan secara tidak sadar otomatisasi keahlian kita.
Ø Luck is a part of Habits
Keberuntungan tidak hanya menunggu kesempatan, dia perlu persiapan
yang matang.
“Anytime you see someone more suceessful than you are, they are
doing something you aren’t.” (Malcolm X)
Dua orang dengan pilihan yang sama, dan visi yang sama, mencintai
pada Dzat yang sama; Allah Swt, cepat atau lambat pasti akan berjumpa. Paling
lambat di surganya Allah.
Ø Let’s Make Habits ^_^
Mulailah habits baru kita dengan hal-hal kecil terlebih dahulu. Mematok
target yang terlalu tinggi hanya akan menghasilkan rasa jenuh dan putus di
tengah-tengah.
Misal, bila habits yang ingin dibentuk adalah membaca buku, maka
mulailah dengan 10 menit sehari membaca buku, atau 10 lembar per hari membaca
buku.
Mematok target besar cenderung gagal, dan lagipula, apabila telah
terbiasa, kita akan menaikkan secara otomatis jumlahnya.
Untuk melatih sebuah habits, maka kita harus menyisipkan habits itu
pada habits lain yang sudah solid (sudah jadi).
Kuncinya adalah kata “setelah”.
Mislanya, saya akan membaca “setelah” shalat shubuh, atau saya akan
membaca setelah mandi sore, dan sebagainya.
Menyisipkan kata “setelah” membuat habits terotomatisasi oleh waktu
sebagai pemicunya, ada trigger, dengan kata “setelah”.
Pada awalnya, mungkin kita akan seringkali lupa untuk melaksanakan
habits baru, maka buatlah pengingat dimana-mana tempat biasa kita beraktivitas.
Misalnya, menempel pengingat habits di kamar tidur, di ruang kantor,
ataupun dimana saja, yang biasa berfungsi sebagai reminder.
Atau bisa pula meminta teman untuk selalu mengingatkan tentang
habits yang akan kita latih.
Dan ingat untuk melakukan setiap hari!
Sebuah penelitian menyampaikan bahwa seseorang baru akan menjadi
ahli dalam bidang yang dia pilih apabila telah berlatih selama 10.000 jam di
bidang tersebut.
Jika, kita berlatih 3 jam sehari dalam bidang yang ingin kita
kuasai, maka perlu 10 tahun bagi kita untuk mencapai 10.000 jam itu. Bila kita
ingin 5 tahun menjadi seorang ahli, maka haruslah latihan itu kita tingkatkan 6
jam sehari.
Ibnu Katsir mengomentari dalam tafsirnya,
“Manusia pada umumnya tidak memiliki ilmu, kecuali ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu Dienul Islam, untuk kebahagiaan akhirat mereka.”
The last but
not the least, saya menambahkan kutipan dari sebuah lirik lagu yang maknanya
tak jauh berbeda dengan yang di atas. Satu hal, pesan dari saya: to be an
expert in certain part, we just necesarry to begin. Jadi, baik aku, kamu, dia,
dan mereka atau kita semua punya kesempatan sama untuk melejitkan potensi diri kita.
Tidak melihat masa lalu kita atau seberapa baik buruknya kita sebelumnya. Hanya
perlu satu, berani memulai. Ok? Let’s do it together! :)
Hey kawan
Pasti kau dan aku sama, sama-sama punya takut
Takut tuk mencoba dan gagal, tapi...
Hey kawan
Pasti kau dan aku sama, sama-sama punya mimpi
Mimpi tuk menjadi berarti karena...
Harus kita taklukan, bersama lawan rintangan
Tuk jadikan dunia ini lebih indah
Tak perlu tunggu hebat
Untuk berani memulai apa yang kau impikan
Hanya perlu memulai
Untuk menjadi hebat raih yang kau impikan
Seperti singa yang menerjang semua rintangan tanpa rasa takutYakini bahwa kamu kamu kamu kamu terhebat
~Wenny
Pangestuti~
No comments :
Post a Comment