December 01, 2014

Baca al-Qur’an dan Maknanya


Ya Tuhan-ku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhan-Ku...”
(Petikan doa Nabi Zakariyah dalam surat Maryam [19]: 4)

Aku bersyukur dulu saat masih awal-awal menjadi mahasiswa menyisihkan uang untuk membeli al-Qur’an dan Terjemahannya. Aku selalu membaca al-Qur’an disertai membaca artinya. Hal itu kulakukan agar aku mengerti arti ayat yang aku baca. Ini kulakukan sejak di bangku sekolah menengah atas dan alhamdulillah tetap terpelihara hingga sekarang. Sebelumnya di rumah hanya ada dua buah al-Qur’an tanpa terjemahannya. Pada saat aku menginjak bangku SMA, seorang kerabat dari orang tua meminjamkan sebuah al-Qur’an dan Terjemahannya. Sejak itulah, aku memulai aktivitas membaca al-Qur’an disertai membaca artinya per ayat. Hal ini kulakukan sebab seiring beranjaknya aku dewasa aku berpikir bagaimana bisa al-Qur’an menjadi pedoman hidup seorang muslim bila ia membacanya saja, tapi tak mengerti isi di dalamnya. Dari sanalah betapa butuhnya aku membaca al-Qur’an beserta artinya. Tentunya sebagai tambahan, kita juga butuh mengkaji lebih dalam mengenai kandungan ayat di dalam al-Qur’an agar tidak sekadar mengerti, tetapi juga memahaminya. Bila sudah memahaminya, tentu harus mengamalkannya dan tak lupa mendakwahkannya pada yang lain. Dengan demikianlah al-Qur’an akan benar-benar menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim.
Membaca al-Qur’an beserta terjemahannya membuatku lebih nyaman dan tenang. Ada seperti pencerahan yang kudapat, entah itu berupa kabar gembira yang Allah firmankan ataupun berupa peringatan.
Aku selalu mengupayakan rutin membacanya. Habit yang alhamdulillah konsisten aku pelihara adalah membaca al-Qur’an dan terjemahannya selepas shalat Maghrib dan selepas shalat Shubuh. Sebelumnya, aku biasa membaca 20 ayat selepas shalat Maghrib dan 10 ayat selepas shalat Shubuh. Namun, sekarang aku meningkatkan valensinya menjadi 30 ayat selepas shalat Maghrib dan 20 ayat selepas shalat Shubuh. Peningkatan ini mengalir begitu saja tanpa rasa terpaksa dalam diriku. Mungkin karena telah menjadi habit, membaca al-Qur’an dan terjemahannya menjadi aktivitas yang aku cintai. 
Aku senang dengan al-Qur’an. Menjadi penawar akan luka-luka di hati; penghibur akan duka lara; dan penegur akan lalai diri. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan mukjizat al-Qur’an melalui perantara kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillahi robbal ‘alamiin...





~Wenny Pangestuti~

No comments :