December 16, 2014

Wherever I Stay, I Say “Alhamdulillah!” (Part 1)


11 Oktober 2014 bertepatan dengan hari Sabtu, aku pindah kos dengan masih membawa rasa yang agak terusir dari kos-an lama. Belum pernah kumengalami ini sebelumnya. Ingin menangis, namun sedapat mungkin kutahan. Tak tahu harus mencurahkan isi hati pada siapa selain hanya pada Allah. Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersimpan di balik isi hatiku.

Aku pindah membawa tanda tanya bagaimanakah kehidupanku kelak di kos-an baru. Sesampainya di sana, aku sudah disambut keresahan dengan fasilitas yang ada. Listrik kamarku yang belum berfungsi sehingga aku tidak bisa membayangkan apa jadinya malam itu aku tanpa dukungan listrik. Lalu kondisi kamar mandi yang kurang bersih sehingga aku pun membayangkan ketahanan batin yang bagaimanakah aku harus jalani selama tinggal di sini. Ditambah informasi mengenai kondisi air yang sempat mengalami gangguan dengan kapasitas keberadaannya.

Aku pun bertanya pada diriku sendiri, terlalu cepatkah aku mengambil keputusan untuk kos di sini. Hal ini bersamaan dengan sms adik angkatan yang memberikan informasi yang terlanjur terlambat, bahwa di tempat kosnya sebenarnya masih ada kamar kosong. Mungkin di sana jauh lebih baik. Harga mungkin lebih murah. Listrik, kamar mandi, dan air mungkin tak seperti di sini dan lebih baik. Namun, nasi telah menjadi bubur, tak dapat diubah lagi menjadi beras alias terlambat sudah.

Kutepis pikiran sesal telah mengambil keputusan kos di sini. Ini sudah pilihanku. Ini juga masih hari pertama. Jangan terlalu cepat mengeluh. Jalani dulu. Aku tak kan pernah tahu apa yang akan terjadi esok-esok. Syukuri dulu apa yang ada.


~Wenny Pangestuti~

15/10/2014
02.44 WIB
Kamar kos, Jl. Jawa VI

No comments :