December 24, 2014

Wherever I Stay, I say “Alhamdulillah!” (Part 2)


Malam pertama di tempat kos yang baru kulalui dengan bergelap-gelapan di lantai atas tempat kamarku berada. Aku bersyukur karena di tempat kos baruku telah ada dua orang yang pernah kukenal sebelumnya, Ayu dan Aini, mahasiswa baru 2014 Pendidikan Fisika Universitas Jember (Unej). Perantara perkenalan kami adalah teman sekamarku di tempat kos yang lama, yang juga sama-sama mahasiswa baru Pendidikan Fisika Unej. Kuhabiskan malam pertamaku dengan menumpang di lantai bawah, kamar Aini.

Namun, keadaan ini berlangsung hanya di hari pertama. Selanjutnya aku mengatur strategi agar keterbatasan yang ada tidak menjadi kendala berarti. Life must go on. Karena tingkat kebutuhanku pada listrik cukup tinggi untuk menghidupkan laptop, dan laptop kugunakan untuk mengerjakan skripsi, aku mengatur waktu kapan aku bisa mengerjakan skripsi. Aku masih ada harapan akan keberadaan listrik. Aku masih bisa ke kampus untuk mendapatkan listrik. Ini tak menjadi masalah. Hanya membutuhkan pengorbanan tenaga untuk berangkat ke sana, entah jalan kaki atau naik sepeda.

Dari sini, aku belajar tentang keterbatasan yang disikapi dengan sikap dan pikiran positif. Meskipun aku belum bisa menikmati layanan listrik di tempat kos baruku, aku mencoba mengambil sikap sabar, syukur, dan postive thinking.

Sabar, karena ini hanya masalah kecil dari sekian banyak masalah besar. Aku belajar melalui ini tanpa berkeluh kesah. Barangkali ada banyak pelajaran yang bisa kuperoleh dari kondisi ini. Barangkali ini adalah pelajaran berupa pengalaman berharga yang dapat kupetik. Aku tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Bisa jadi ketika aku mengalami kondisi seperti ini lagi atau lebih parah dari ini, aku tidak lagi kaget karena telah teruji dari pengalaman yang sudah-sudah.

Syukur, karena seperti apa pun keterbatasan yang aku alami tak ada bandingnya dengan orang-orang yang jauh lebih susah di bawahku. Toh ternyata aku tetap masih bisa menikmati listrik di kampus. Syukur, karena aku diberi kesempatan menerima keadaan seperti ini, dimana tak banyak orang yang mengalami atau kuat mengalami keadaan seperti ini. Ini adalah modal imateriilku untuk untuk menjadi orang dengan kualitas pribadi yang teruji. Nikmati setiap anugerah bumbu-bumbu kehidupan ini, insyaallah Allah mempunyai rahasia di balik rencananya yang indah dan baik untuk kita.

Positive thinking, artinya berpikiran positif pada dua pihak. Pertama, kepada Allah. Mengutip lirik lagu Bunga Citra Lestari dalam judul Kuasa-Mu.

“Tuhan kupercaya
Engkau pasti telah merencanakan yang terbaik
untuk diriku
agar ku tak jatuh
dan selalu ada di jalan-Mu.”

Aku berusaha sedapat mungkin tidak mengeluh dan menjalani keadaan ini dengan tenang tanpa masalah. Seperti tulisan sebelumnya, aku percaya ada pelajaran besar di balik keadaanku sekarang. Aku memang tidak tahu apakah keadaanku ini adalah ujian atau hukuman dari Allah. Apapun itu, bagaimanapun juga aku seharusnya menyikapi semua ini dengan berprasangka baik kepada Allah. Pasti ada nilai tambah yang hendak Allah berikan padaku dengan jalan ini. Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Mungkin ini jawaban doa-doaku ketika aku pernah memanjatkan doa mengharapkan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini. Kalau saja manusia mengetahui rencana Allah, kita akan tahu betapa cinta dan sayangnya Allah pada kita. Manusia saja seringkali tak sabar melalui prosesnya.

Positive thingking kedua adalah kepada pemilik kos. Aku berusaha sedapat mungkin untuk tidak berkeluh kesah terhadap pemilik kosku yang tidak kunjung terlihat mau membenarkan listrik di lantai atas. Aku berusaha berprasangka baik. Barangkali sebenarnya mereka sudah kepikiran dengan kondisi penghuni atas yang harus bergelap-gelapan setiap malam. Dan aku tahu betul keadaanku dan penghuni lantai atas yang krisis listrik bersamaan dengan keadaan mereka –pemilik kos- yang menyiapkan pernikahan anggota keluarga mereka. Tentu pikiran mereka banyak terbuang ke sana dan di sisi lain mereka pun mungkin juga tidak enak melihat kondisi kami. Aku bisa memahami dan berempati bila dalam kondisi mereka.

Ini adalah pengalaman baru dalam perjalananku pindah-pindah tempat kos. Nikmati saja setiap keadaan yang ada dengan sikap sabar, syukur, dan postive thinking. We never know what will happen next. But, Allah always be there.


~Wenny Pangestuti~

29/10/2014
15:19 WIB
Kamar depan rumah BWI

1 comment :

Ninda said...

sabar syukur sholat
semoga Allah jadikan penolong terbaik
meskipun susah :)