July 24, 2014

Behind The Scene: Balada Persahabatan



Balada persahabatan adalah sebuah cerita yang saya adaptasi dari sebuah naskah drama yang disusun oleh lima orang siswa SMP. Naskah drama tersebut mereka susun sebagai tugas mata pelajaran Seni Budaya [kalau tidak salah]. Kelima siswa tersebut adalah Yoni Setiawan, Dimas Septa Yudhistira, Wildan Hamdani Yuwafi, Daniar Rahmadhan, M. Fatkullah (Farel), dan Yudha Anugrah Utama P.

Sekitar satu tahun silam, selama bulan Maret hingga Mei 2013 saya menjalani masa Kuliah Kerja-Program Pengalaman Lapangan (KK-PPL) di SMP Negeri 11 Jember. Selain aktivitas mengajar, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), atau mengerjakan tugas KK, saya kerap kali melepas penat dengan pergi ke koperasi siswa (kopsis). Biasanya saya membeli minuman dan makanan ringan, lalu melahapnya di sana sembari mengobrol dengan penjaganya [kalo tidak salah bernama mbk Riska]. Selain meja mbk Riska, di ruangan kopsis, ada satu meja lagi milik bu Dian [kalo tidak salah], guru Komputer yang juga merangkap sebagai guru Seni Budaya .

Suatu ketika saya melihat tumpukan kertas di meja bu Dian dan tidak sengaja membaca tulisan ‘VIII F’. Tentu saja saya tertarik sebab kelas VIII F adalah kelas tempat saya mengajar. Ternyata tumpukan kertas itu adalah kumpulan naskah drama yang disusun secara berkelompok oleh siswa VIII F. Saya meminta ijin membaca naskah drama tersebut kepada bu Dian. Menurut penuturan bu Dian, sebelumnya siswa diminta mencari cerita narasi, lalu dari cerita narasi tersebut siswa dapat menyusunnya kembali ke dalam bentuk naskah drama. Setelah membaca naskah demi naskah tiap kelompok, ternyata hampir semua hasilnya menarik. Ada beberapa naskah yang membuat saya tersenyum. Ada pula yang membuat saya ingin tertawa geli, tetapi saya tahan karena sadar kondisi dimana saya berada saat itu. Selain itu, setiap kelompok akan diminta memperagakan isi dari naskah tersebut di depan kelas. Mengetahui itu, saya membaca naskah siswa VIII F sambil membayangkan bagaimana mereka memperagakannya apalagi saya cukup mengenal banyak karakter asli mereka sehari-hari bagaimana. Beberapa naskah drama memang disusun berdasarkan cerpen yang mereka temukan, seperti halnya naskah drama milik kelompok Harvian Bagus Dewantara, Dita Permata Sari dan Sekar Alaya Roninsah.
 
Naskah drama milik kelompok Harvian menceritakan tentang seorang anak yang amat menyukai mainan yoyo. Anak tersebut diperankan oleh Harvian. Adapun Sandi berperan sebagai ibu dari Harvian. Sedangkan Brian, Unggul dan Renov berperan sebagai teman Harvian yang iri melihat yoyo mahal milik Harvian. Pada akhirnya, Harvian tersadarkan akibat sikap obsesinya yang berlebihan terhadap mainan yoyo tersebut.

Naskah drama milik kelompok Dita bertemakan persahabatan. Dita, Anggun, Vega, dan Maulina bersahabat. Kelas mereka kehadiran dua siswi baru, yaitu Bella dan Devita. Bella dan Devita sama-sama suka menggambar. Suatu ketika Dita cs secara tidak sengaja menyobek kertas gambar Bella. Namun, pada akhirnya Dita cs bersahabat juga dengan Bella dan Devita.

Naskah drama milik kelompok Sekar menceritakan tentang penulis kecil. Dalam naskah diceritakan bahwa Fida berhasil memiliki satu karya yang telah dibukukan. Itu sebabnya, Fida menjadi agak sombong. Ketika Fida memiliki tetangga baru, yaitu Sekar, Fida dengan sombong memamerkan buku hasil karyanya. Pada akhirnya, Fida tahu bahwa ternyata Sekar sendiri juga mempunyai buku hasil karyanya sendiri, bahkan lebih dari satu.

Dari sekian naskah yang memang diadaptasi dari cerpen, ada juga naskah yang sepetinya dikarang sendiri. Contohnya, naskah milik Ahmad Dani dan Trie Okta Sakti. Ceritanya amat sederhana. Percakapan Dani dan Okta tentang persiapan mereka hadir di acara ulang tahun teman. Mereka mendiskusikan baju apa yang akan dipakai dan kado apa yang akan diberi. Saya membacanya ingin tertawa. Sangat sederhana sekali. Saya bisa membayangkan bagaimana kakunya mereka memperagakan adegan tersebut sebab saya ketahui sendiri Dani dan Okta siswa laki-laki yang pendiam di kelas dibandingkan siswa laki-laki lainnya.

Nah, naskah milik kelompok Yoni yang saya narasikan dengan judul Balada Persahabatan adalah juga salahsatu naskah drama karangan mereka sendiri nampaknya. Naskah drama mereka pada dasarnya menceritakan tentang mereka apa adanya. Penjelasan karakter pada bagian yang dibaca narator nampak sama dengan karakter asli meraka, seperti halnya Daniar yang dianggap paling pendiam dari kelimanya, Wildan yang identik memakai topi karena terobsesi memanjangkan rambut, M.Fatkullah yang senang dipanggil Farel.

Ketika ada kesempatan masuk kelas VIII F, saya coba menanyakan langsung tentang naskah tersebut pada Yoni cs. Dari jawaban mereka, seingat saya Yoni-lah yang mempunyai ide cerita tersebut. Ketika saya tanya apakah benar mereka bersahabat, mereka menjawab iya. Memang dalam pengamatan saya selama KK-PPL di sana, mereka sering bersama. Daniar duduk sebangku dengan Yoni. Di belakang mereka, duduk sebangku pula Farel dan Wildan. Yoni dan Wildan seringkali saling mengganggu satu sama lain layaknya kakak-beradik. Sedangkan bangku di samping Daniar dan Yoni, ada Dimas yang sebangku dengan Yudha.  Jika ada tugas berkelompok, mereka juga sering satu kelompok.

Dalam hati saya berkata, "Wah anak-anak ini sebenarnya kreatif dan juga menggemaskan. Senangnya menjadi guru, senangnya mengajar, dan bertemu dengan banyak anak yang memilki beragam karakter. Satu hal lagi, anak-anak selalu ada saja tingkahnya." :) Lebih dari itu, every child is special. Jika kita mau memahami anak-anak kita, kita akan temukan keistimewaan atau keunikan mereka masing-masing, yang dapat kita arahkan, kita dukung untuk mereka asah agar dapat mereka manfaatkan untuk kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Namun realitanya, banyak anak kehilangan kekuatan dalam segi tersebut, sehingga mereka tidak melihat keistimewaan yang mereka miliki dan tenggelam dalam asumsi bahwa 'aku adalah orang biasa-biasa saja'. Padahal sejatinya, mereka bisa untuk menjadi 'orang luar biasa' di dunia ini.


Inilah di balik cerita Balada Persahabatan. Jika mereka menaskahkan cerita narasi, maka saya menarasikan naskah drama mereka. :)



~Wenny Pangestuti~