July 26, 2014

JDA #2: Menikahi Penantian


“Menantimu dengan kerinduan, menjemputmu dengan kekhusyukan, menikahimu dengan keimanan. Itulah caraku memuliakanmu, duhai pendamping impian.”
~Fu~

Menikah Penantian untuk Menanti Pernikahan

Hiasi penantian dengan kesabaran dan berbaik sangka kepada Allah, sambil terus berikhtiar secara optimal, memanjatkan doa yang tak putus-putus, dan tawakal dengan penuh pasrah kepada Allah.

Yakinlah bahwa penantian ini adalah bukti cinta Allah, hanyalah salah satu cara-Nya untuk mempersiapkan menjadi; Muslimah yang tangguh, istri yang patuh, menantu yang teduh, ibu yang tangguh, dan hamba Allah yang utuh [untuk wanita]; Muslim yang kuat, suami yang dahsyat, menantu yang amanat, ayah yang hebat, dan hamba Allah yang taat [untuk pria].

Membicarakan pernikahan memang bukanlah sekedar menebar cerita angan tentang keinginan menikah; atau bayangan kelak ketika sudah menikah. Jika kita memang ingin segera menikah, maka wujud tanggung jawab keinginan kita terhadap diri kita sendiri adalah dengan mempersiapkan diri menjemput jodoh dalam bingkai pernikahan. Seseorang yang benar-benar ingin segera menikah, seseorang yang mewujudkannya dalam ikhtiar persiapan diri atau ikhtiar melayakkan diri.

Berbicara tentang penantian, memang menanti adalah perkara yang membosankan. Namun, menanti pernikahan dengan kerinduan diiringi kekhusyukan untuk menjemputnya, insya Allah terasa indah dan tetap membahagiakan. Karena rasa cinta ini akan merekah dan melebur indah pada waktunya, dengan ‘dia’ yang telah terjaga oleh-Nya, dan dipertemukan dengan kita pada saatnya.

Jadi, tak perlu risau dikala teman silih berganti telah bertemu dengan jodohnya, memajang kebahagiaan dalam bingkai foto-fotonya atau status-statusnya. Karena Allah telah menyiapkan waktu sendiri bagi kita untuk bertemu dengan 'dia'. Maka bersabarlah dan tetaplah berbahagia menikahi penantian untuk menanti pernikahan dengan ketakwaan. 


~Wenny Pangestuti~