“Menantimu dengan
kerinduan, menjemputmu dengan kekhusyukan, menikahimu dengan keimanan. Itulah
caraku memuliakanmu, duhai pendamping impian.”
~Fu~
Menikah Penantian untuk Menanti Pernikahan
Hiasi penantian dengan kesabaran dan berbaik sangka
kepada Allah, sambil terus berikhtiar secara optimal, memanjatkan doa yang tak
putus-putus, dan tawakal dengan penuh pasrah kepada Allah.
Yakinlah bahwa penantian ini adalah bukti cinta
Allah, hanyalah salah satu cara-Nya untuk mempersiapkan menjadi; Muslimah yang
tangguh, istri yang patuh, menantu yang teduh, ibu yang tangguh, dan hamba
Allah yang utuh [untuk wanita]; Muslim yang kuat, suami yang dahsyat, menantu
yang amanat, ayah yang hebat, dan hamba Allah yang taat [untuk pria].
Membicarakan
pernikahan memang bukanlah sekedar menebar cerita angan tentang keinginan
menikah; atau bayangan kelak ketika sudah menikah. Jika kita memang ingin
segera menikah, maka wujud tanggung jawab keinginan kita terhadap diri kita
sendiri adalah dengan mempersiapkan diri menjemput jodoh dalam bingkai
pernikahan. Seseorang yang benar-benar ingin segera menikah, seseorang yang
mewujudkannya dalam ikhtiar persiapan diri atau ikhtiar melayakkan diri.
Berbicara
tentang penantian, memang menanti adalah perkara yang membosankan. Namun,
menanti pernikahan dengan kerinduan diiringi kekhusyukan untuk menjemputnya,
insya Allah terasa indah dan tetap membahagiakan. Karena rasa cinta ini akan
merekah dan melebur indah pada waktunya, dengan ‘dia’ yang telah terjaga oleh-Nya,
dan dipertemukan dengan kita pada saatnya.
Jadi, tak perlu risau dikala teman silih berganti telah bertemu dengan jodohnya, memajang kebahagiaan dalam bingkai foto-fotonya atau status-statusnya. Karena Allah telah menyiapkan waktu sendiri bagi kita untuk bertemu dengan 'dia'. Maka bersabarlah dan tetaplah berbahagia menikahi penantian untuk menanti pernikahan dengan ketakwaan.
~Wenny Pangestuti~