“Jodoh itu bukan masalah ‘siapa dia, di mana dia, bagaimana
dia?’. Tapi jodoh bergantung pada ‘siapa Anda, di mana posisi Anda, bagaimana
diri Anda?’.”
~Canun
& Fu~
Permasalahan jodoh sebetulnya bukan masalah
‘dia’ sudah ada atau belum, namun yang bermasalah adalah ‘saya’. Tinggal
bagaimana si ‘saya’ dengan jujur mau mengakui dirinya sendiri, bahwa memang
sedang ada masalah yang bercokol di dalam diri. Ini semua memang sangat
membutuhkan kerendahan hati dan kebesaran jiwa untuk mengakuinya. Untuk mau
menerima bahwa yang menjadi masalah itu adalah ‘saya’, bukan si ‘dia’. Mengakui
diri sendiri memiliki masalah merupakan satu langkah awal menuju kemajuan yang
berarti, one step closer to be better, to
meet your jodoh. :)
·
Terima
Terima bahwa diri kita pernah memilki masa lalu yang
buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang
lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Terima
dengan lapang, dengan tekad bahwa diri kita siap untuk menjadi pribadi yang
'baru' dengan menerima pribadi ‘lama’ kita.
·
Syukuri
Syukuri bahwa diri kita pernah memiliki masa lalu yang
buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang
lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Syukuri
dengan penuh keikhlasan, dengan doa bahwa diri kita bersiap untuk menjalani
skenario Allah yang ‘baru’ dengan terlebih dahulu mensyukuri skenario
‘lama’-Nya.
·
Maafkan
Maafkan bahwa diri kita pernah memiliki masa lalu yang
buruk; diri kita pernah berbuat dosa terhadap Allah, diri sendiri, dan orang
lain; diri kita pernah merasakan sakit hati, dendam, juga kekecewaan. Maafkan
dengan kesungguhan dan kerelaan, dengan harapan bahwa diri kita bersiap untuk
menjalani kembali hidup dengan orang-orang sekitar kita, siap terisi oleh orang
‘baru’ dan telah berdamai dengan orang ‘lama’.
·
Lepaskan
Lepaskanlah segala beban yang telah kita olah menjadi
lebih baik. Lepaskan. Biarkan ia mengalir pada muaranya yang tepat. Tak usah
kita berusaha untuk mengingat-ngingatnya kembali, tak usah juga berusaha untuk
melupakannya. Biarkan ‘mereka’ menempati muaranya masing-masing tanpa perlu
kita risaukan kemana. Lepaskan saja.
Biarlah Allah yang mengaturnya untuk lepas ke arah
mana. Maka, lebih mendekat lagi kepada-Nya. Benar-benar mohon ampunan
kepada-Nya atas segala kesalahan dan dosa. Dia sebaik-baik perancang kehidupan
kita, yang berhak atas diri kita, yang menuntun kita ke depannya.
·
Melangkah
ke Depan
Sekarang tinggal kita bersiap MELANGKAH ke depan.
Bersiap merancang masa depan kita yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya. Menjadi pribadi yang lebih baik, menjalani kehidupan yang lebih
baik, mendapatkan jodoh terbaik, kemudian selalu bergerak ke arah yang lebih
baik, dengan cara yang baik, untuk hidup terbaik.
“Ya Allah,
hamba memohon kepada-Mu permintaan terbaik, doa terbaik, kesuksesan terbaik,
ilmu terbaik, amal terbaik, pahala terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik.
Kuatkanlah hamba, beratkanlah timbangan kebajikan hamba, realisasikan keimanan
hamba, tinggikan derajat hamba, terimalah shalat hamba, ampuni dosa-dosa hamba,
dan hamba memohon surga tertinggi.”
“Salah satu ciri orang yang telah berdamai dengan masa lalunya
adalah ia tidak malu akan masa lalunya tersebut. Ia mampu menceritakan masa
lalunya dengan bahagia.”
~Fu & Canun~
Pada tahap cleansing ini, kita dapat memahami
arti penting terlepas dari bayang-bayang masa lalu yang kelam yang mungkin
dialami banyak orang. Harapan yang melangit dengan memahami cleansing ini, kita
dapat membawa diri menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang bisa memaafkan
kesalahan masa silamnya, mensyukuri segala warna cerita hidupnya, dan siap
melangkah dengan bahagia untuk hidup yang lebih baik.
Terima
– Syukuri – Maafkan – Lepaskan – Melangkah ke
Depan
~Wenny Pangestuti~